May 7, 2015

Sangat Indonesia



sumber: http://www.clear.co.id/resources/images/base/legenda-arsenal-masyarakat-indonesia-cinta-sepakbola-7b1a271.jpg

Tergelitik setelah membaca tulisan dari kenalan teman lewat sebuah artikel dalam blognya, lahirlah tulisan ini di detik-detik terakhir sebelum pulang ke rumah. 

Kebetulan juga, baru saja aku membeli sebuah buku dengan judul “Kota – Kota di Jawa, identitas, gaya hidup dan permasalahan social”. Buku ini aku beli karena pada salah satu babnya mengulas tentang Banyumas. Sangat sulit bagi ku untuk menemukan buku atau artikel mengenai time period yng pernah terjadi di Banyumas dari segi social dan kemasyarakatan terutama di masa lampau.
Pada kata pengantar buku tersebut, dituliskan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di kota-kota terutama di Jawa. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena adanya modernitas yang mengganti identitas kota tersebut dari yang lama menjadi yang baru. Modernitas menuntut masyarakat untuk bergaya hidup lebih urban dan modern. Budaya, gaya berpakaian, struktur social kemudian berubah. Lalu hubungannya dengan perkotaan? Tentu saja berhubungan. Kota merupakan sebuah bentuk pengejawantahan budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Sehingga tercipta karya-karya visual maupun non-visual. 

Ada kebanggaan tersendiri ketika membaca sejarah perkotaan. Perubahan-perubahan yang mereka alami dari waktu ke waktu sedemikian pelik dan berliku. Tak ayal jika kota menjadi sebuah bukti peradaban masyarakat yang mendiaminya. 

Indonesia memiliki karakter2 yang unik dan berbeda dengan kota-kota di barat. Karena apa? Budaya yang kita miliki merupakan budaya timur yang menjunjung tinggi kesopanan, tata krama serta budi pekerti yang luhur. Bangga ketika membaca sejarah nusantara yang mengagung-agungkan kisah pahlawan dengan gagah berani melawan penjajah dengan taktik cerdas. Selain itu, masyarakat Indonesia juga merupakan masyarakat beragama yang mengakui Tuhan. Seperti yang tertuang dalam sila 1 pancasila dan diakuinya 6 kepercayaan di Indonesia. Agama sebagai penuntun kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat pasti mengajarkan kebaikan, entah agama langit atau agama bumi. Sama saja. 

Aku yakin jika identitas dan prinsip ini tetap dijaga teguh oleh kita semua saat ini, yakin deh yang namanya korupsi, narkoba, perselingkuhan, perceraian, dan hal-hal tidak pantas lainnya tidak perlu terjadi dan menjadi headline utama di setiap surat kabar.
Entah bagaimana ceritanya, kita, bangsa Indonesia saat ini memiliki identitas yang rendah. Suka telat (tidak tepat waktu), bermuka dua, tidak jujur, korupsi, penjilat, serba instan…rasanya sudah akrab di telinga kita. 

Ingat saat di sebuah MRT di Singapura tahun 2011 lalu saat sedang berdiri dan beberapa teman bercakap-cakap karena amaze dengan MRTnya , kemudian ada citizen SG yang tertawa mengejek sambil berkata “Indonesian” seraya keep away from us. Takut tertular virus ndeso dan kampungan.
Pun saat angkatan kami memutuskan untuk melakukan study banding ke Singapura, seorang dosen kami berkata “Turis Singapura itu kebanyakan orang Indonesia, sampe sana mereka mainnya ke mall.”

Belum lagi saat di Jerman. Secara fisik Indonesian memiliki fisik lbh kecil dari orang jerman, dlam berjalan pun kami terbiasa santai. Suatu saat Lucy, guide kami berkata “Kenapa kalian berjalan sangat lambat dan selalu ketinggalan?” yeah, karena habit kami ga terbiasa jalan tergopoh2….masyarakat Jawa terutama menjunjung tinggi peribahasa “alon-alon asal kelakon”, pelan-pelan asal kesampean.

Iya Indonesia…..sangat Indonesia ya seperti ini. Perilaku kita ini kemudian berdampak pada fisik kota kita. Korupsi misalnya, anggaran untuk memperbaiki infrastruktur tidak maksimal, material pun menggunakan kualitas rendah. Lalu apa kabar? 

Teringat tulisan seorang teman tersebut, maka aku sedikit “Iya, aku juga salah dalam mengambil kesimpulan. Luar negeri memang bagus. Kebagusan mereka bukan hanya didukung oleh kecerdasan, peradaban yang sudah lebih maju, desain yang bagus, teknologi canggih….tetapi juga manner manusia nya.”

Meributkan identitas kota? Pahamilah diri sendiri dulu, identitas kita macam apa. Apakah sebagai orang modern kita sudah ebrsikap sebagai manusia modern? Atau masih tetap dengan kebiasaan lama kita? Bahkan menurutku karakter manusia jaman dahulu yang masih mementingkan adat ketimuran, masih memiliki prinsip yang teguh dalam keterombang ambingan di jaman modern. Ah sudahlah, akubukan antropolog. Tulisan ini hanya opini, tidak dilandasi data yang akurat dan nyata dari lapangan. Sebagian hanya asumsi belaka. 

Jadi bagaimana? Sangat Indonesia yang bagaimana yang perlu diperhatikan?


Resti
Masih Indonesia

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...