May 12, 2015

Dewasa 1.0




Menjadi dewasa adalah menjadi manusia dengan kelebihan memiliki masalah lebih berat. Salah ketika masih kecil berandai-andai dewasa. Dulu berpikir bahwa orang dewasa adalah keren, bisa naik kendaraan sendiri, dandan, pake heels, pake baju dewasa, keluar sampe malam, kencan, bisa tidur larut malam, nonton film-film dewasa…seperti itu rasanya mudahnya.

Yeah, menjadi dewasa adalah amazing. Bisa melakukan semua hal yang dilakukan orang dewasa. Tetapi, pada nyatanya transisi dari remaja menuju dewasa tidak banyak disadari oleh kita. Keterkejutan datang ketika tiba-tiba kita merayakan ulang tahun ke 25 misalnya. Masih single, jobless, setiap bulan masih meminta orang tua mengirimi uang ke ATM. Padahal seharusnya ga seperti itu. Yang ada pada bayangan kita saat kecil, usia 25 adalah usia emas yang akan ditunggu-tunggu. Seperti usia 17 tahun. Bayanganku usia 25 adalah usia dimana sudah memutuskan akan menikah dengan siapa karena sudah menemukan tambatan hati, punya kerjaan mapan, tabungan berdijit banyak, lanjut sekolah luar negeri, punya kendaraan sendiri, punya uang sendiri, punya rumah….. Oke then, aku bukan pegawe minyak. 

Kenyataan terkadang menyadarkan kita pelan-pelan. Tanpa kita sadari waktu yang sudah kita lewati terbuang secara percuma. Kita lupa target yang pernah kita bayangkan. Tiba-tiba saja sudah selama ini kita hidup. Terlalu lengah dan terlalu jengah. Saat sekolah kita tak diajarkan cara menjadi dewasa dengan benar. Hingga saat ini aku merasa aku hanyalah seorang anak-anak yang terperangkap dalam sebuah tubuh perempuan dewasa. Yang seharusnya sudah memahami bahwa jiwa ini bukan jiwa anak-anak lagi, sudah seharusnya jiwa ini menjadi jiwa dewasa dengan pemikiran dewasa dan perilaku dewasa. 

Sekolah tidak perlu disalahkan. Sekolah di Indonesia hanyalah lembaga formal yang mengarahkan akademik siswa-siswanya. Lulus, nilai bagus, masuk PTN favorit, lulus, kerja di tempat bagus, mapan, kaya, hidup enak, keluarga bahagia, mati masuk surga. Sesimpel itu pikiran kita ketika kita memilih sekolah bukan? 

Well, jangan heran jika setelah lulus yang kita pikirkan adalah bekerja pada sebuah lembaga besar, menjadi buruh berdasi yang bekerja setengah mati, 24/7, digaji untuk membayar tagihan ini itu. Di tengah hiruk pikuk keadaan negara ini yang hanya ada satu di dunia, modal kita yang masih bisa diandalkan hanyalah sumber daya manusia. Kita tahu bahwa sumber daya alam kita sudah hamper tidak bisa kita harapkan. Asing telah keluar masuk dengan mudah dan menguasai banyak bidang-bidang penting. Sumber daya manusia negara ini mestinya menjadi pokok utama yang harus dibenahi. Ah sudahlah, bercurhat seperti ini bukan hal yang baik jika hanya ngetik, no action. I even don’t know how to start! As an amateur writer, I am still dumb to face my maturity.

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...