sumber: http://penacewek.com/wp-content/uploads/2014/10/2490026_20130306081230.jpg
Kita berpegang tangan, tak saling memandang.
Begitu terus hingga di persimpangan. Adakah aku mengikutimu?
Karena sebagai laki-laki, kau adalah imam, perlu aku ikuti.
Tetapi apakah perlu kau menurunkan kodratmu sedikit,
menuruti pilihan jalanku.
Bahkan di persimpangan kita kembali tak saling memandang.
Masih berdiri. Terlalu lama berdiri. Masih tak bergeming.
Pegangan tangan kita melemah.
Memahami bila satu sama lain tak bisa saling memaksa dan
perlu memilih masing-masing dan jalan sendiri.
Kemudian apa yang kita sebut berpisah kita lakukan
Kita tak pernah memaksa, begitu prinsip kita.
Lalu apa arti bersama jika kenyataannya kita jalan menuju
arah berbeda?
Apa aku sudah gila?
Aku ingin kamu memaksaku. Memaksaku untuk apapun.
Mengikutimu atau memohon supaya kau ikut bersamaku.
Aku tidak mau kamu hanya melonggarkan dan mengatakan bahwa
kita bisa tanpa harus bersama
Nonsense
Mungkin aku lebih baik memang memilih jalan sendiri dan
tidak perlu lagi berhubungan denganmu
Memaksa bukan selalu buruk. Aku perlu tau kamu bisa memaksa,
artinya kamu bisa membawaku mengikuti apa yang kamu pilih.
Entahlah. Gila jika terlalu liberal.
No comments:
Post a Comment