August 24, 2015

Mindahin Kampung Pulo


Sumber gambar: http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/961679/big/047913600_1440075764-Kampung_Pulo.jpg

Beberapa waktu lalu lagi heboh masalah penggusuran kampung pulo di bantaran sungai ciliwung. Terjadi kisruh antara warga dengan satpol PP yang saat itu sedang persiapan buat melakukan penggusuran dengan beberapa alat berat. Hingga terjadi pembakaran 1 buah alat berat oleh warga setempat karena mereka menolak adanya penggusuran.
Well, mari aku mencoba menelaah.
Sejujurnya aku ga suka dengan kata penggusuran. Penggusuran itu ga manusiawi, kasar. Mari kita pakai kata relokasi supaya lebih enak ya didengar.
Ehm, merelokasi warga dari suatu tempat tidak hanya pemindahan secara fisik warganya dan tempat tinggalnya. Tetapi memindahkan aspek2 sosial kemasyarakatan yang sudah tumbuh dan terjalin sekian puluh tahun.

Kenapa sih harus mindahin warga kampung pulo dari bantaran sungai ke rusun jatinegara?
Satu hal yang pasti kawasan tersebut merupakan kawasan yang sebenarnya tidak boleh digunakan untuk permukiman. Kawasan bantaran sungai merupakan kawasan yang tidak boleh dijadikan permukiman. Setiap hujan, kawasan tersebut selalu terkena dampak banjir. Sehingga permukiman warga yang sudah terlanjur disitu, perlu dipindahkan supaya masyarakat bisa hidup lebih baik.

Apa sih yang salah sama relokasi kemaren?
Kurangnya Komunikasi antar pemerintah dan warga! Kenapa? Komunikasi itu penting dalam melakukan intervensi dan melakukan persuasif pada warga supaya mau pindah. Memang butuh waktu yang lama untuk mencapai tujuan dengan cara komunikasi dengan warga. Tetapi cara ini adalah cara paling baik dalam kaitannya memindahkan warga. Warga mengaku tidak ada komunikasi, ada juga yang mengaku komunikasi belum tuntas yang dilakukan pemerintah dengan warga. Pemerintah dinilai tergesa-gesa. Kenapa sih? Apa karena kurang SDM? Jakarta seperti kita ketahui, memiliki banyak SDM yang pintar2. Banyak kampus2 negri dan swasta yang bergengsi dan memiliki mahasiswa yang bisa bantuin melakukan pendampingan pada warga kp pulo.

Apa sih yang salah dengan rusunawa jatinegara yang udah dibangun?
Tidak ada yang salah dengan rusun tersebut. Hanya saja jenis perumahan dengan bentuk vertikal masih sangat sukar diterima masyarakat indonesia yang terbiasa hidup di landed house. Warga kampung pulo yang sudah terbiasa hidup dengan guyub, merasa ga bisa buat hidup bersosialisasi dengan warga lain kalo mereka tinggal di rusun. Meski rusun sudah sangat canggih dan mewah dibangun untuk mereka. Kebiasaan2 informal yang sering mereka lakukan di kampung ga bisa mereka lakukan kembali. Warga yang memiliki mata pencaharian informal seperti berdagang, beternak dan lain sebagainya mengalami kesulitan jika mereka harus pindah ke rusun. Harga sewa rusun per KK pun dirasa membebani warga kampung pulo, meskipun menurut aku harga sewa tersebut sudah termasuk murah. Engga mau bandingin sih, Cuma standar 300ribu itu jelas berbeda antara warga yang satu dengan yang lain. Saat masih di bantaran, 1 rumah biasanya dihuni 2-3 KK. Istilahnya buat hidup aja mesti bareng-2 karena keterbatasan biaya, eh sekarang harus tinggal sendiri dan bayar dengan sekian harga sewa, meskipun 3 bulan pertama katanya gratis.
Well, yang namanya hidup kita perlu mengeluarkan biaya. Biaya untuk tempat tinggal, makan, serta pakaian *kebutuhan primer manusia buat hidup at least*. Menurutku kalo warga mengeluhkan biaya, aduh tolong banget laahh. Hidup di jakarta itu emang apa2 butuh uang. Ya harus berusaha harus bekerja. Tolong jangan jadi warga yang manja. Menjadi orang kecil memang harus diayomi, tapi bukan berati harus ga berusaha memenuhi kebutuhan dengan semaksimalnya usaha dong. Dan pemerintah punya kewajiban mengakomodasi keterbatasan masyarakat menengah ke bawah tersebut. Jangan Cuma ngayomin masyarakat yang mampu aja. Kasih mereka kemudahan bayar, kasih mereka akses buat dapet pekerjaan yang layak, kasih mereka kesempatan mengembangkan kemampuan informal mereka.

Apa yang salah dengan kasus-kasus warga yang sudah menghuni bantaran sungai dan kawasan-kawasan terlarang lainnya?
Warga yang sudah menghuni kawasan-kawasan terlarang di jakarta selama puluhan tahun, menurutku adalah kesalahan pemerintah sebelumnya. Mereka menjadi korban politik yang dimanfaatkan sebagai pendukung saat pemilu dengan kompensasi mereka diperbolehkan tinggal di tempat tersebut. Pemerintah sekarang sedang melakukan perbaikan dengan mengerik karat yang sudah ditimbun sejak pemerintah sebelumnya.

Kenapa sih warga kampung pulo ga dibiarin aja di bantaran sungai? Kan banyak tuh contoh2 kawasan permukiman yang tetep survive di bantaran sungai gausah relokasi?
Karena kawasan kp pulo itu bentuknya cekungan. Kalo kita mau nyamain dengan tempat lain ga bisa samain gtu aja. Aspek2 seperti kondisi fisik alam, sosial budaya dan sebagainya berbeda. Terlebih kondisi masyarakat dan pemerintahnya. Jadi kita ga bisa nyamain dan mengaplikasikan semua bentuk contoh berhasil. Perlu disaring.

Lalu, apa dong yang harus dilakukan pemerintah saat ini?
Bangunlah permukiman di rusun. Permukiman dalam artian akses-akses menuju fasilitas umum dan sosial yang dibutuhkan oleh warga. Hilangkan ketakutan warga akan rusun yang selalu terkesan individualis. Emang susah sih ngerubah form informal ke bentuk formal dengan tetap membawa sifat-sifat keinformalannya. Tap aku yakin, warga dimana pun berada bakalan bisa beradaptasi di lingkungan barunya,
Well, dalam sebuah perubahan menuju lebih baik memang perlu ada yang harus dikorbankan. Tetapi pengorbanan tersebut sebisa mungkin harus meminimalisir sakit. Buat sembuh butuh pengobatan. Tapi carilah pengobatan yang paling minim rasa sakit yang dirasakan.

Selamat membangun jakarta lebih baik!



Salam, 
-Resti yang tidak tidak tau akan bertakdir di Jakarta atau tidak_

*semua tulisan ini merupakan hasil membaca artikel dan menonton tayangan televisi dan argumen pribadi*

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...