December 30, 2013

Tamu Baru di tahun 2014



Tulisan ini bukan tulisan menolak atau menerima pembangunan mall yang sudah terlanjur, tulisan ini hanya pemikiran dan perasaan penulis. Bukan sebuah media provokasi untuk menyudutkan pemerintah atau mengutuki investor, tetapi ajakan untuk mengawal perkembangan pembangunan yang mungkin bisa menimbulkan masalah-masalah baru. Penulis tidak munafik jika nanti mall-mall tersebut sudah jadi penulis menolak untuk mendatangi mall. Yang pasti, penulis melalui tulisan ini mengajak masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya baik masyarakat lokal maupun pendatang yang menetap dalam waktu lama untuk peduli dengan kondisi di sekitar. Jangan sampai hal-hal macam ini bisa kecolongan lagi.

Berkali-kali aku mengikuti diskusi tentang pembangunan mall serta dampak bagi keistimewaan Yogyakarta. Tak perlu ragu lagi, aku bahkan ikut nebeng bincang dengar dengan sebuah komunitas yang aktif aku ikuti setahun lalu dengan Bappeda Sleman tentang pembangunan mall-mall tersebut. Mungkin beberapa orang yang sudah baca rilis di www.pemudatataruang.org sudah tahu, jika pembangunan mall tersebut adalah bentuk kealpaan pemerintah. Seperti bermain sepakbola, pemerintah sleman merasa kecolongan 5 goal di gawangnya. Bukan karena apa-apa, hanya karena sebuah institusi pemerintah akan bekerja melalui peraturan, jadi jika peraturan terkait tidak ada, halal pembangunan mall tersebut dilakukan. Sah menurut hukum.

Sebagai mahasiswa Gadjah Mada yang sudah hampir akan 5 tahun lalu-lalang di Sleman dan sekitarnya, bukan aku sombong atau kemaki dengan pembangunan tersebut. Pertama kali aku membaca berita di situs surat kabar nasional bagian properti tentang isu pembangunan mall tersebut, aku gusar. Mungkin beberapa teman yang satu frekuensi denganku juga seperti itu. Padahal selama ini, salah satu tempat nongkrong yang kaunjungi juga mall.  Meskipun hanya window shopping, berandai-andai memiliki barang-barang yang di etalase beberapa mall yang sekarang sudah eksis pun bagiku sudah cukup. Aku tidak perlu memilikinya. Meet up dengan beberapa teman yang butuh suasana lain selain sekitar kampus, maka destinasi kami adalah mall. Mengantri loket film saat sebuah film sedang tayang dengan embel-embel box office, aku bela-belain datang ke mall dan ikut euphoria tersebut.

Beberapa pihak juga mengutuki pembangunan lima mall yang kelak akan menjadi dewa-dewa pengharapan beberapa masyarakat yang mungkin saat ini sedang mencari pekerjaan. Di sebuah jejaring sosial bikinan Zuckerberg yang memiliki nama akun Kota Yogyakarta, sekalinya isu pembangunan mall tersebut diluncurkan, sudah barang tentu menuai kritikan dan kecaman warga yogyakarta dan sekitarnya. Mereka mayoritas menolak pembangunan tersebut. Dengan berbagai alasan yang menurutku romantis dan picisan. Yogyakarta memang layak mendapat perhatian seperti itu. Aku mengakuinya.

Suatu kali, setelah aku ikut audiensi bappeda tersebut, aku mengikuti diskusi publik yang komunitasku adakan. Diskusi tersebut melibatkan teman-teman yang juga asli yogyakarta serta pendatang seperti aku. Beberapa teman ada yang sepaham denganku, secara idealis kami menolak pembangunan mall. Meskipun aku yakin, mereka juga sering nongki-nongki di mall, walau Cuma beli eskrim 5ribuan. Tetapi di sisi lain, ada juga yang setuju. Mendukung pembangunan mall dengan beragam alasan yang juga masuk akal.

Teman asli yogyakarta yang tidak setuju menyatakan “Mall kan itu konsumtif, ga sesuai dengan kebiasaan masyarakat Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta masih suka belanja ke Pasar-pasar tradisional. Mall kan hadir salah satunya buat mewadahi pendatang-pendatang terutama yang berasal dari kota besar yang kesehariannya melihat banyak mall.”

Ada juga yang komen “Wah malah bagus. Kalo mall dibangun terus sebelahnya ada apartemen bukannya kompak banget? Orang yang tinggal di apartemen ga perlu jauh-jauh belanja ke mall yang jaraknya jauh dari apartemennya. Bisa mereduksi perjalanan dan mengurangi macet.”

Kemudian temanku yang entah dia di kubu apa berkomentar (kurang lebih isinya) “Ya masa kita mau ngelarang orang dateng ke mall? Lagian, kalo alasannya kehadiran 5 mall tersebut karena Yogyakarta kota budaya nanti budayanya akan hilang, seberapa tau sih kita tentang budaya? Ngerti emang kita tentang budaya?”

Di dalam hati saat itu aku ngakak, iya, ngerti apa sih aku tentang budaya, sok-sokan bilang nanti budaya bakal ilang. Orang awam kaya aku, mana ngerti sih tentang budaya? Budaya yang gimana yang kita tahu?

Ingat juga komen seorang dosen “Apa mungkin untuk ttp mempertahankan budaya Yogyakarta nya biar tetap terasa pintu masuk mallnya dibikin kaya Joglo gtu dibuat ukir-ukiran? Terus pegawainya pake surjan dan kebaya?”

Memunculkan kekhasan Yogyakarta di mall mungkin maksudnya supaya tetep kerasa Yogyakarta adalah kota yang masih nguri-uri kebudayaan Jawa.



Pembangunan akan selalu menghasilkan dualisme respon masyarakat yang pro serta kontra. Pada awalnya aku kontra, kentara sekali dengan berbagai postingan link di jejaring sosial bahkan blog di beberapa tulisan lalu ttg penentangan mall secara frontal. Saat itu aku masih belum tahu posisi pembangunan tersebut masih berupa wacana atau masih gosip saja, maklum kan tahun politik di depan mata, mungkin aja ada kepentingan politik, sedikit curiga.


Setelah ikut audiensi, aku baru tahu dimana posisi pembangunan tersebut sekarang. Sudah ada persetujuan dari daerah, masyarakat sekitar sudah teken kontrak, media sudah memberitakan berita tersebut dengan yakin. Nasi sudah jadi bubur. Sebelum mall-mall tersebut benar-benar berdiri dan beroperasi, mungkin ini adalah saatnya kita yang ikut ngomong supaya kahadiran mereka yang diawalnya udah bikin kontra selanjutnya ga jadi masalah. Misal, masalah parkir. Pak Dona bagian perkotaan Bappeda Sleman mengatakan bahwa sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah mengeluarkan peraturan tentang perparkiran. Bahwa setiap mall yang akan beroperasi harus menyediakan sirkulasi parkir di dalam, bukan di jalan sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Mungkin ada saran lainnya?

Iklim investasi di Yogyakarta mungkin sedang baik. Para investor yang berkantong tebal itu sudah memikirkan untung rugi. Pak Kemal, GM UN-Habitat Indonesia dalam diskusinya tadi malam beropini bahwa pasti investor-investor tersebut bertaruh banyak uang dengan gambling seperti ini. Mereka ga akan mungkin berani mendirikan mall-mall yang berkelas tersebut apalagi dengan embel-embel terbesar di Jawa Tengah dan DIY, tanpa memikirkan untung ruginya. Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata, kota pendidikan dan serentetan gelar lainnya merupakan magnet yang bisa menarik orang-orang masuk.

Investor dalam hal ini bukan hanya sekelompok orang yang berduit banyak yang asal ada tanah kosong bangun. Mereka pasti sudah melakukan survey pasar terkait lokasi-lokasi mereka akan membangun mall nya. 5 mall yang akan dibangun ini berada dibawah naungan tangan-tangan investor yang berbeda. Kelimanya adalah investor yang sudah punya nama di medan persaingan properti Indonesia.  

Kita mungkin bisa meramalkan mall mana saja yang bakalan collapse duluan. Seperti Saphire salah satu mall Yogyakarta yang collapse duluan dibanding 3 mall lainnya. Usut punya usut, cerita punya cerita, faktor lokasi dan barang dagangan di Saphire lah yang menyebabkan dia tidak bisa bertahan dalam persaingan perebutan konsumen pasar. Lokasinya yang berada di tengah antara anchor Galeria dan Ambarukmo Plaza merupakan faktor lokasi yang tidak selaras dengan naluri perilaku manusia. Secara alamiah manusia berjalan menuju sebuah destinasi, terdapat kecenderungan sebuah lokasi yang berada di ujung memiliki pengaruh besar bagi manusia dibanding lokasi yang berada di tengah.

Melihat desain-desain futuristik, brand-brand luar yang akan masuk ke mall-mall baru ini aku belum bisa meraba, mana mall yang akan bangkrut duluan. Saat ini saja Yogyakarta City Mall yang berlokasi di Jalan Magelang sudah membuka Matahari  serta Hypermart untuk pengunjung. Padahal mall tersebut masih underconstruction. Apa ini salah satu strategi mereka untuk mencuri start, melihat lawan-lawan lainnya masih dalam tahap awal?

Kejadian ini harus menjadi tamparan sekaligus pembelajaran yang harus diawasi ketat terutama oleh masyarakat Yogyakarta sendiri. Sikap nerimo yang sudah menjadi ciri khas masyarakat lokal sebaiknya harus dikondisikan. Nerimo bukan harus dilakukan untuk sebuah kejadian yang seperti ini. Oke kita nerimo, tapi mesti juga memberi pengawasan. Tidak mau kan, Yogyakarta menjadi Jakarta ke dua? Peringatan macet dan banjir sudah ada di depan mata. Sebelum benar-benar menjadi penyakit yang sulit disembuhkan, mari mencoba perlahan menahan arus. Mencoba menggalang kekuatan bukan untuk menentang pemerintah, bukan untuk merusak mall yang dibangun investor, tapi mengawal perkembangannya. Menjadi masyarakat yang cerdas dan tanggap bencana dimulai dari sekarang, sebelum hal-hal buruk terjadi.

Sisi lain, bersyukurlah dengan adanya pembangunan mall-mall ini. Pembangunan yang melibatkan banyak tenaga bangunan dan kelak pegawai mall sudah mengurangi jumlah penganggur di Yogyakarta. Nah, mungkin bisa jadi satu usulan buat investor yang bisa dilayangkan oleh pemerintah, bahwa pegawai mall-mall baru harus merupakan warga D.I Yogyakarta. Bukan pegawai bawaan dari daerah lain. Salah satu cara mengurangi migrasi penduduk masuk, mengingat Yogyakarta sudah padat dan bisa jadi hal positif yang bisa dirasakan masyarakat Yogyakarta.



Mari sambut kelima tamu di 2014 dengan mengawasi mereka supaya tetap bersahabat dengan bumi Yogyakarta.

December 12, 2013

bolos-bolos sik, ndak kedanan

heyho. hari ini engga kuliah. bangun pagi rasa zombie. tidak ada hasrat untuk bangun dansebagainya.
tenggorokan sakit, badan tertimbun gajah *seolah olah*.
Aku bolos. Lebih baik sekarang bolos kan, daripada tetep berangkat tapi sakit berkepanjangan?
Prinsip namanya. Lagian hari kamis aku masuk terus. Ga pernah bolos. Keren kan.

Ngapain aja di kosan? Cuma legarang legereng bobok bobok. Dan sekarang ngetik lagi.

Ada banyak hal yang mau aku lakuin. Ke bank, beli alat pel, ngepel kosan, bersihin kamar mandi...katanya sakit loh, Res?

Adikku si aping udah pindahan ke kosanku ceritanya. Cuma dia belum punya kasur. Jadi dia masih numpang tidur di kamarku. Semalam tidur sama dia, jadi inget kapan terakhir tidur sama dia. Dari kecil aku sudah tidur sama dia. Dulu badannya kecil, pendek, bahkan pernah masuk kolong tempat tidur. Dia baru sadar saat bangun. Hahaha.

Sekarang badannya hampir sama denganku. Bedanya, dia agak gelap. Itu sih juga daridulu. Sebelum tidur dia gelisah, katanya ga bisa tidur gara-gara bukan kasur yang biasa dia tiduri dulu. Macem-macem banget kan adikku ini. Ya iya dia ga bisa tidur, seprei kasurku berantakan, boneka berhamburan, lalu aku bereskan buat dia, kami beresin bareng. Setelah itu dia bisa tidur pulas.

Sore ini niatnya aku mau masak, tapi berhubung adikku makan di luar sm pacarnya, aku males masak, mending beli aja. diputuskanlah makan di bu Ita, beli nasi goreng porsi kuli. Nuki dan Mbopi juga nitip. Aku juara makan nasi gorengnya. Semua habis.
Konyolnya, Mbopi malah ngasih kita kepiting. Aku gatau harus gimana. Enak sih. Enak bgt malah kayaknya nih kepiting. Tapi perut udah ga bisa makan lagi. Aku kudu piye?

Jadi ngantuk rasanya gara-gara kebanyakan makan. Pengen bobok tapi belum mandi. Besok pagi survey jam 7 ke Pentingsari. Ihw. Peta belum jadi, belum aku benerin lagi dan belum aku print. Atas dasar Males!

Jadi besok meskipun jumat bakalan jadi hari yang panjang. Mesti nuker tiket SO7 juga di farmasi demi malam minggu di gor uny jingkrak-jingkrak nonton SO7 dan beberapa band. Aku butuh refreshing, hura-hura, suka-suka, santai, tanpa mikirin beban bikin ppt tesis, statistik, studio, PLKota dsb dsb.

Kalo aja besok boleh bolos lagi. Sakitnya belom kelar. Hehehe

Penolakan

Tadi pagi, selepas subuh mungkin jika tidak ingat tugas akhir yang belum selesai aku akan mungkin tidur lagi, nonton film, atau normalnya nyetrika pakaian :p

Tugas akhir yang aku takut, ragu-ragu, sakit untuk memulainya membuat aku hingga detik ini tidak tau akan menampilkan apa untuk presentasi besok. Aku kudu Piye? Pilihan terakhir yang sangat pecundang adalah ga masuk kelas. Heheheh. Bolos. 

Sayangnya, aku kelewat pecundang. Maksudnya bukan terlalu pecundang untuk melakukan bolos kuliah, mengingat aku kuliah adalah biaya umat, bukan biaya sendiri. Aku seperti takut jika kuliah kali ini aku habiskan hanya untuk bolos gara-gara ppt proposal tugas akhir belum kelar. 

Aku harus bagaimana? Entahlah aku harus bercerita pada siapa. Selalu berdoa semoga ada ilham yang mungkin bisa diambil. Otak ini masih berat untuk mencoba membuka hal baru, setelah berkali-kali hal yang lalu ditolak dnegan berbagai alasan. Penolakan. Penolakan itu berat. Ini masih penolakan kelas awal mungkin. Masih cemen kalo aku harus menyerah. Masih banyak penolakan yang mungkin menghadangku di masa depan yang memiliki level-level beragam. Jika saat ini saja aku udah menyerah, apa kabar para ‘penolakan’ di masa depan? Baru melihat dari kejauhan pun mungkin kau lebih memilih diam. Tidak bergerak maju ataupun mundur. Aku hanya harus memiliki keberanian yang lebih untuk menghadapi penolakan yang mungkin akan terjadi kali ini. Aku?

December 11, 2013

Cuci Gudang Akhir Tahun



Akhir-akhir ini merasa ada yang harus dan perlu dibenahi. Bukan karena ini akhir tahun, tapi mungkin iya bisa jadi. Seperti pusat perbelanjaan mungkin, mengadakan sale akhir tahun. Menjual barang-barang stock lama yang harus segera dihabiskan supaya gudang bisa ready buat menerima kiriman barang baru untuk tahun depan. Cuci gudang.

Aku mungkin seperti itu. Bedanya, aku hanya akan mempertahankan kebiasaan baik yang masih tersisa di diriku sejak aku lahir. Aku tidak akan membuang semua hal yang ada pada diriku. Aku tidak akan berubah menjadi orang yang baru, bahkan orang yang lain. Resti tetaplah resti. Yang sebagaimana orang lain kenal. Aku hanya mulai tersadar, bahwa hidup bukan seperti yang selama ini aku kontruksikan di kepalaku mengenai apa arti kebahagiaan, kesuksesan, harapan, kesedihan dan pengorbanan. 

Aku sangat berterimakasih pada kedua orang tuaku, yang telah mendidik kertas putih ini dan memulai mencoret-coretnya dengan pena yang berisi kebaikan. 

Pada kedua adikku, kalian yang membuatku harus menjadi seperti apa sehingga kalian memiliki panutan yang baik dan tetap taat pada orang tua. 

Pada teman-teman sepermainan semasa sekolah, kalian adalah pemahat yang memahat karakterku seperti apa. Mengajarkan bahwa persahabatan terkadang manis seperti gula dan pahit seperti buah maja.

Pada teman-teman semasa kuliah, kalian adalah sama seperti aku. Kita pencari. Agen pencari makna kehidupan yang saling mengisi satu sama lain. Sama-sama belajar apa arti hidup sebelum akhirnya kita satu persatu lepas dari jeratan kampus dan hidup di atas kaki kita di dunia yang beberapa orang bilang kejam. 

Pada siapa saja yang telah memberikan begitu banyak celah untukku bisa melihat dunia secara luas, bukan dalam kacamataku saja. Celah-celah yang mulai ditembus cahaya ini, sedang aku coba lebarkan. Aku ingin bisa melihat dunia secara komprehensif. 360 derajat tanpa batas dan tanpa penghalang. 

Tentunya berterimakasih pada Tuhan yang selalu menyelamatkanku di setiap hal-hal buruk yang mungkin saja bisa menghancurkanku seketika tanpa orang tahu. Yang membiarkan aku lepas untuk mencari dan mendapatkan celah-celah tersebut. Celah yang mungkin tidak semua orang bisa peroleh dan rasakan sinarnya. Sinar-sinar yang membuat hidupku lebih terang dan kelihatan. Sehingga aku bisa yakin dan memastikan mana baik dan mana buruk. 

Seperti itu mungkin aku ingin membongkar diriku di kahir tahun ini. Bukan untuk menjadi orang yang berbeda, tetapi menambah dan membuang yang perlu dan tidak perlu. Kebetulan saja mngkin momentnya pas akhir tahun. Tuhan tahu kok, waktu yang tepat :)

December 6, 2013

Just a pair of shoes

Jumat minggu ini, dengan kesungguhan dan pengakuan bahwa satu makul jam 8 pagi di akhir pekan membuat enggan untuk beranjak pergi ke kamar mandi. Aku tahu, makul ini sangat menarik. Minggu lalu selesai kuliah lapangan di sebuah desa wisata, namanya Pentingsari *pentiiing looohh namanya*. Tapi weekend, friday, please dont let me go from my beeedd...

By the way, karena skrg aku kuliah jalan kaki, ga pake motor lagi, just in case mampir kemana2 atau survey pake motornya, aku mesti beraktivitas lebih dini dari sebelumnya yang suka mepet-mepet. Ga masalah sih jalan kaki ke kampus kalo ada temennya. Sulastri sampai saat ini msh setia menjadi partner bolak balik kampus kosan jalan kaki. Lumayan keleus, ada temen nggosip selama 500an meter. 

Karena kemaren sore crocs pinkku aku masukin bagasi motor dan males buka-buka lagi, maka tadi pagi aku memutuskan make sepatu item model open toe dengan sedikit bling bling disekitarnya. Sepatu itu beli sekitar setaun lalu kali ya. Beli di jogja, sama ibu, karena ada diskon. IYA. DISKON. Milih sepatu tersebut lama banget. Siapa sih yang kalo milih sepatu bisa cepet?

Sepatu tersebut bukan my fave. Soalnya ternyata bikin kaki lecet. Mesti pake kaos kaki, gabisa cekeran makenya. Walopun demikian, sepatu tersebut lumayan kece menurutku buat ganti-ganti. Tadi siang, saat latihan tari saman, aku baru sadar, kalo sepatuku udah jelek banget. Pernah kehujanan, pernah dipake naik turun tangga, pernah dipake lari, dan pernah dibawa ke Jerman dipake buat nonton konser philaharmonic. Sepatu tersebut udah ga layak pake. Sol bawahnya udah ngebuka dikit. Dan modelnya ga bisa diperbaiki seperti di lem atau disol di tempat sol sepatu. 

Tadi siang, kakiku makin lecet. Beruntung ak pake jeans skinny yang kepanjangan. Maka aku panjangin aja sampe tumit dan aku masukin ke sepatu. Lumayan ga terlalu sakit lagi. Tapi, tahu tidak? smape di kosan sepatuku jebol. Hahahahaha. 

Aku udah nyangka sih, sepatu tersebut bakalan rusak. Tapi ga nyangka aja rusaknya kaya gtu. 

Just a pair of shoes.
But, it is meaningful for me. How I choosed them, How I paid them, How I wear them and how they get broken. 

Aku kudu piye?
Jaman dlu, kalo sepatuku rusak, aku kadang nangis. Karena sepatu tersebut rusaknya ga lazim. Tapi apa sih? sepatu ya hanya sepatu. Ketika rusak, kita bisa beli lagi. Meskipun ga akan mungkin bisa beli sepatu dnegan model yang sama *tapi beberapa ada jenis sepatu yang diproduksi massal dan selalu sama kaya converse item*. 
Ketika sepatu kita rusak, kita ga perlu ragu dan takut buat memilih lagi, buat mencari lagi, dan mengayunkan langkah kita dengan sepatu tersebut untuk kegiatan kita. 

Hanya sepasang sepatu. Bahkan buat masalah hati kita juga bisa memberlakukan yang sama. Tapi hati tentunya bukan sepatu. 

Yang pasti, move on lah dengan yang baru. Beralihlah dengan yang skrg ditakdirkan untuk kakimu. Yang lalu memang indah dan penuh kenangan. Sepatu hanya barang. Bentukan perhiasan dunia yang kayaknya kita ga perlu terlalu sedih saat benda tersebut rusak. Berdoa aja diberi rejeki sehingga bisa beli yang baru. Aamiin. 

 

December 4, 2013

Jogja ora didol

Siapa sangka, sebuah kota bisa menjadi barang yang bisa diperjualbelikan. 
JOGJA ORA DIDOL
Sebuah statement yang hadir di kalangan masyarakat Yogyakarta beberapa waktu lalu, sebagai respon kebijakan walikota baru Pak Haryadi Suyuti. Tulisan tersebut muncul dengar dengar dari sebuah mural di sebuah tembok yang ditulis oleh pemuda yang masih berstatus siswa sekolah menengah tersebut *idktt*.

Statement tersebut langsung bergulir layaknya bola saju yang meluncur dari lereng menggelinding dengan lihai di lini masa twitter. Bahkan sempat menjadi trending topic di beberapa kalangan. Munculnya statement ini bukan muncul begitu saja. Tapi, didasari oleh realita yang terjadi. Merebaknya pemborong-pemborong skala besar di kota Yogyakarta seperti Ciputra, Bakrie Land dan sebagainya telah menguasai lahan-lahan vital di bebeapa titik di kota Yogyakarta. Belum lagi langkah pemborong2 kecil yang mulai menggenggam lahan-lahan pertanian untuk dibangun perumahan.

Perijinan yang begitu mudah dan tanpa mempertimbangkan dokumen2 perencanaan, bukan saja menyulut komentar2 pedas dari masyarakat awam, tetapi juga seniman dan tentu saja akademisi. Jika orang awam sampai 'gerah' kenapa yang tahu hanya diam saja?

Beberapa waktu lalu, iseng saja naik bus kota tiruan BRT Bogota yaitu Trans Jogja, sempat kaget saat melintasi jalan Solo. sedang ada proyek pembangunan Malioboro City. Sepertinya akan segera dibangun kawasan hunian. Saat itu kebetulan sedang marak dibangun hotel-hotel berbintang di Yogyakarta. Pembangunan Malioboro City entah tujuannya apa. Beberapa waktu kemudian muncul berita-berita tentang pembangunan mall-mall yang siap bangun di beberapa titik. 

Kekagetan tersebut semakin membuat kondisi sedikit panas, terlebih saat itu bapak walikota sempet 'ngilang' dari peredaran. Tidak ada respon tentang ijin pembangunan beberapa gedung-gedung mewah tersebut. 

Kekagetan semakin meningkat levelnya, manakala tadi pagi seorang teman mengirimkan pesan lewat WA yang diambil dari kompas dot com http://properti.kompas.com/index.php/read/2013/12/03/2020148/Seru.Perang.Pusat.Belanja.di.Yogyakarta.

Serem, kalo boleh aku bilang. Yogyakarta akan diserbu pusat perbelanjaan kelas atas. Hai, berapa persen sih masyarakat kota Jogja yang termasuk kelas atas? 
Memangnya kelas atas akan selalu menghabiskan uangnya di tempat-tempat tersebut? 
Bagaimana nasib kami, orang-orang dengan status pelajar dan mahasiswa, yang sengaja datang kemari untuk merasakan aroma kota pelajar, tapi kami hanya disuguhi landmark-landmark yang sama sekali tidak bermuatan pendidikan di dalamnya? 
Bagaimana nasib kami, para turis lokal yang menyebut jogja sebagai salah satu destinasi liburan yang 'ngangeni' karena kenyamanan, keramahan serta kesederhanaan, bila penampilannya sama saja seperti kota-kota stres layaknya Jakarta? 

Sebagai pendatang, aku hanya bisa berharap, kota ini tidak akan pernah berubah menjadi seperti kota yang lain. Kota ini akan tetap sama, menarik, unik dan penuh kenangan. 
Biarkan jogja tetap begini. Berubahlah untuk menjadi lebih baik. Bukan harus mengikuti arus globalisasi jaman. Orang-orang di luar sana butuh Jogja karena Jogja tidak sama. Orang-orang di luar sana kangen Jogja karena Jogja sederhana. Orang-orang diluar sana menghormati Jogja karena kesantunannya. 

Aku harap, Jogja ora didol kepada siapapun sampai kapanpun.








December, the last!

Welcome December!
Let me forget, all the miserable and the worst things in back.
Let me walk in the end of 2013 happily.
I never regret for every single thing in past. As a human being, im not perfect.
Im trying to be better everyday.
Forgive me for every crime I did to others.
Let everyone in my life took their life away from me, if they have to.
Let everyone keeps around me if You want to.
I cant handle, just you, God, the one who made this life.

Hi December, you are the last but not the end.
This Life still running.

For you, wherever you are,
Im lil bit crazy
this heart should be broken instead
these tears cant flood away
this heart still beating
and this brain thinking a lot
Love shouldn't knew by you
Let me love you by my style
I dont want you anymore
with all of my heart and soul
I let you go wherever you want, wherever you have to
I try to reach my own, the dreams
My new dreams without you
Just keep me in your heart as your guidance
The invisible guidance
Never want the respons back from you

Life is hard, the time is killing us softly
Just keep believe in Allah
Who creates us and wrote our destiny in his book.

And December, maybe my next step to meet another 'HALO' and forget my last 'GOOD BYE'.

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...