July 26, 2013

It will be The End Of July

alhamdulillahirabbil'alamiin.

Bersyukur banget akhirnya bulan juli akan segera berakhir. Di bulan yang bertepatan dengan bulan suci ini, banyak banget hal ketje yang udah terjadi dalam hidupku. Tapi, yang paling keren adalah bulan ini aku berhasil nyelesein revisian!!! Dan sudah yudisium. Sarjana Teknik sudah resmi. hihihihi

Hal yang paling bete sebenenrnya pas revisian, sampah banget. Aku pake acara ngambek sama dosen penguji. Padahal Bapaknya ganteng. komentar beliau pas pendadaran bagaikan bikin aku kaya anak TK yang tiba-tiba maju ujian Studio sama Pak Gunung *lebay,Res, lebay!* Iya serius, aku nampak bodoh dan cengok sekali. Untung insting nyebelinku selalu menampik semua komen dia. Walopun pas awalnya aku agak mau ketawa juga sih pas beliaunya nanya. wkwkwk. Aku sampah bgt.
Aku baru menggila di minggu kedua Juli. Gada yang tau kalo aku lagi gila. Karena semua orang tau kalo aku udah gila. Bahkan ga ada yang tau kalo aku lagi gila revisi. Cuma jerawat-jerawat ini saksinya. Mereka tumbuh dnegan subur selama aku menggila revisi kaya supir angkot dikejar setoran. Ya mau gimana lagi, kalo mau wisuda agustus, ya ini bulan terakhir aku mesti maju yudisium. Mana aku udah pongah ke semua orang bahwa aku mau wisuda agustus semenjak aku males daftar ngejar yudisium mei, hehehe. Semua orang pada menyayangkan sebenernya kenapa aku ga wisuda Mei. Banyak yang nebak katanya 'Resti mau nyari PW dulu, lumayan kali 3 bulan bisa dapet cowok'. Sumpah itu kampret banget. Hmm,,,alasannya lebih pada akademis. Aku masih studio di MPKD, dan pusing banget. Bukan perkara masalah PW atau bukan PW.

Then, dengan kekuatan geng R.E.S wildin, sulastri, atun, bunga serta tyas selasih.....kami semua ber enam bisa kelaaaar.....

Masalah dateng lagi ketika everything almost fix, lembar pengesahan eike,,,,salah judul. Pembimbingku bilang ak lebih baik pake judul lama. Saat itu, pengujiku pada diluar kota dan di luar negri. Aku terancam ga dapet ttd dan terancam ga bisa yudisium. But, I took all my problems slowly. Masalah ga cuman itu, namanya mau yudisium dan wisuda itu syaratnya banyak banget. Ada ngurus surat bebas pustaka di perpus univ, fakultas sama jurusan. Selain itu mesti log in di SIA universitas. Ngeprint form, naik lantai 3, ke kagama, ke jilidan, ngeburn, nge bookmark in, beresin susunan skripsi....dan tentu saja bikin kata pengantar.

Well, kata pengantar adalah bagian paling kece kalo aku ke perpus dan buka punya kakak angkatan. Ada yang biasa, kurang biasa, serta ga biasa (red.alay). Aku awalnya mau bikin yang semi-semi alay. Tapi, aku kan ga alay, makanya aku batal bikin yang alay-alay. Jadi aku bikin biasa, kata pengantar pada umumnya.
Terlalu banyak sih orang-orang yang bakal kedobel. Contohnya si Sulastri, plis. Secara ga sadar, She fullfiled almost my life in Campus. Since I was a freshman till I am postgraduate student. Dan percaya atau engga, aku baru kenal dia dengan baik kemarin, selama kami tergabung dalam studio Pogung sampai ngurusin yang namanya yudisium dan wisudaan. Awalnya kami ya hanya kenal-kenal aja, meskipun udah jalan 2 minggu di Jerman. Parah emang guweh *alay*. Konyolnya, kosan kami sebelahan gang. Dia beda dari apa yang aku kira. Kalo si Sulastri baca ini, jitak aku aja Sul, hahahaha.

Nulis kata pengantar, ibarat nulis 'thanks to' para artis di album mereka. Kece kan. Awalnya aku ragu mau nulis siapa aja. Yang pasti secara formal para petinggi Jurusan, DosBing, Dosen penguji. Kemudian tentu saja kedua orang tua, sodara kandung, temen-2 seangkatan, temen main, temen kos, geng. Kalo yang punya pacar, pasti juga nulis nama pacarnya. Nah ini bagian krusialnya. Ok, im not single already. Im already taken. Aku agak takut ya nulis nama seseorang sebagai pacar di sebuah buku bernama skripsi. Aku takut nasibku tak sama dengan beberapa senior yang juga menulis nama pacarnya di buku tersebut, dan berakhir happy ending. Mereka menikah dan hidup bahagia dnegan seseorang yang mereka tulis tersebut. Karena ada juga senior yang menulis nama seseorang, tetapi batal. Gajadi. Aku takut. Takut terlalu pongah saat menuliskan nama dia. Takut aku terluka di kemudian hari karena membaca skripsiku. Takut menyimpan luka yang diperpuskan. Takut semua hanyalah isapan jempol. Takut melangkahi takdir, meskipun hanya menuliskan nama dia dan mengucapkan terimakasih.Takut nama tersebut dipertanyakan anak atau cucuku 'Ma, ini nama siapa?' atau 'Nek, ini di siapa nek?' atau paling parah suami nanya 'Sayang, ini mantan kamu? Kok kaya aku kenal ya' ah men, bisa jadi cinta fitri edisi lansia. Masa iya aku bakal jawab 'Iya itu nama seseorang yang sempat bersama nenek/mama/aku saat aku bikin kata pengantar buat skripsi, sekarang aja orang nya entah dimana gatau.' Aku paling takut kekhawatiran masa depan tentang sebuah nama dipertanyakan.

Tapi, entahlah. Aku menulis namanya. hahaha. Dengan konsekuensi apapun, aku siap kalo misalnya nanti saat aku masih hidup dan berusia 50 tahun aku membaca skripsiku tersebut aku akan mengingat nama orang tersebut sebgaai seseorang yang entah berada dimana, atau bahkan menjadi seseorang yang ditakdirkan bersamaku. Noone knows, But God. Aku gatau, tapi hanya mengucapkan terimakasih dan beberapa harapan yang umum, i think that was not a sin.
Ada sih sedikit harapan bahwa nama dia juga akan tertulis di kata pengantar thesisku taun depan. Berani taruhan? Hehehehe. Atau mungkin ada nama lain? Aku juga itu engga tau.

Yang pasti, bulan Juli ini merupakan bulan yang penuh dnegan rahmat dan berkah. Alhamdulillah aku masih bisa menikmati ramadhan seperti tahun-tahun yang lalu. Rasanya agak spesial. Ini mungkin bisa jadi ramadhanku sebagai mahasiswa, mahasiswa S1 tentunya. Mungkin tahun depan juga aku wisuda, hehehe. Insya allah. Aamiin.

Padahal, bukan Juli kemarin tuh, lagi bete bete nya KKN. hihihi. Tahun lalu masih sendiri, masih suka nggodain anak kampung di KKN an, masih ngerasa kalo KKN itu jahat, masih suka ngigo gamau KKN selama tidur pas KKN. Tahunlalu masih gatau mau ambil tema apa buat seminar. Well, segala puja dan puji syukur hamba haturkan pada Tuhan Penguasa Alam.

Seiring bertambahnya waktu semoga semua semakin baik. Semua cita dan doa diijabah. Semoga bulan-bulan selanjutnya bisa lebih baik dan lebih banyak pencapaian yang bsia dicapai oleh kedua tangan kecil ini. Aamiin.

Btw, minggu ini aku balik rumah. So buat siapa saja yang punya urusan di Jogja dneganku segera calling calling ya. Kalo udah di rumah aku paling males buka leptop serta henpon. Hihihihi.


*hai kamu, namamu aku tulis. Hmmm, bayar sini pake euro, hahaha. Well, baik-baik ya kamu di sana.*


July 10, 2013

Rumahku

Kali ini aku ngeblog tidak di dalam kamar kosku yang mungil dan berdinding hijau.
Aku kali ini berada dalam sebuah kamar di lantai 2 sebuah rumah dengan warna tembok hijau pupus yang penuh buku pelajaran SMA yang mungkin beberapa diantaranya ada bukuku. Aku berbaring malas dengan telinga tersumbat earphone yang mengalunkan THE MESS I MADE dari Parachute yang dirilis 2009 lalu. Sebuah guling menopang tubuhku yang mendongak menatap layar laptop. Kasur tak berdipan ini masih cukup empuk untuk ditiduri sejak pertama kali ibuku membelinya 2 tahun yang lalu mungkin.

Aku sedang berada di rumah. Aku sedang menempati kamar adik laki-lakiku karena dia sedang bersama adik perempuanku di bawah mengerjakan soal-soal beasiswa dari sebuah negara yang akan mereka ikuti 2 hari lagi. Bapak sedang asyik menonton TV dan ibu mungkin sudah tertidur karena tadi menemani anak-anaknya memutari Moro membeli eskrim. Sedangkan nini sadem sudah dipastikan jam segini sudah istirahat.

Pukul 12 siang tadi aku dan adik perempuanku sampai di rumah. Kami pulang naik travel jam 7 dari jogja. Ini pertama kali aku dan adikku itu pulang bersama dalam satu travel. Sampai di rumah aku dan adikku langsung memeluk ibuku yang menyambut kami di pintu rumah. Sweet ya. Kami seperti drama korea saja. Ibuku sih sebenarnya yang suka drama. Aku juga. Ibu tadi siang sedang menyiapkan konsumsi untuk acara arisan ibu-ibu dasa wisma yang kebetulan bulan ini diadakan di rumah.

Rumah sepi, hanya terdengar suara televisi yang sedang menayangkan gosip siang. Adik laki-lakiku pergi ke musholla di dekat rumah untuk sembayang duhur. Sedangkan Bapak sedang nukang. Yu ne sedang nyetrika di atas dan nini sadem sedang mengangkat jemuran.
Udara siang tadi cukup panas. Adikku ngeloyor ke kamar mandi untuk mandi lagi. Aku hanya menyalakan kipas angin dan duduk-2 songong di depan tv sambil mengacak-acak isi dapur. Aku lapar.

Suasana rumah ramai saat kami semua berkumpul di rumah. Aku rindu suasana semacam ini. Suasana yang aku tinggalkan separuhnya sejak 4 tahun lalu. Disusul adik perempuanku 1 tahun lalu dan adik laki-lakiku tahun ini. Kami bertiga adalah penghuni jogja sekarang.

Banyak perubahan yang terjadi di rumah. Bukan hanya suasana, tetapi masalah ruang. Kamar tidurku tidak lagi menjadi kamar tidur. Percaya atau tidak, kamarku menjadi tempat solat. Meskipun masih ada lemari, rak serta kasur. Kamar adikku yang perempuan menjadi kamar adikku yang laki-laki, meskipun didalamnya masih ada lemari pakaian yang berisi pakaian perempuan dan puluhan komik koleksi aping.  Barang-barang tersebut bercampur dengan mobil-2an tamiya milik apang dan buku-buku materi terbitan erlangga. Yang pasti, di kamar ini masih ada topi osis denga bordiran SMA NEGERI 1 PURWOKERTO. Rupanya apang belum menyingkirkan barang-barang SMAnya. Biarlah.

Rumah ini penuh dengan banyak kenangan. Rumah kecil di ujung jalan yang berbatasan langsung dengan sungai dan sawah, sudah kami sekeluarga tinggali sejak tahun 2001 kalo tidak salah. Cukup lama ya? Rumah ini sudah menjadi tempat aku melakukan smeua kegiatan mula dari menjadi siswa SD hingga aku menjadi sarjana. Barang-barang dirumah tidak mengalami perubahan. Hanya terdapat benda-benda baru seperti akuarium apang yang aku engga tau berapa kali dalam setaun dia mencucinya. Tapi ikannya tetap hidup. Yasudah.

Rumah ini bukan rumah yang bisa menyimpan tangis. Aku bahkan tidak bisa menyimpang tangisku disini. Pasti ketauan. Rumah ini tidak mengajarkanku untuk menjadi cengeng. Meskipun menangis, aku melakukannya dalam diam. Rumah ini sudah menguatkanku rupanya.

Hampir semua bagian dari rumah ini aku selalu singgahi. Mulai dari teras depan hingga cucian di belakang. Rumah ini kecil. Tapi cukup besar untuk menyimpan kekuatan-kekuatan untuk hidup di lain tempat. Rumah ini adalah bayangan pertama ketika aku homesick pertama kali kos. Aku merindukan kasurku yang tak berdipan, Radio di rak atas yang selalu aku hidupkan sepanjang hari, serta majalah-majalah berceceran di lantai. Rumah setelah aku tinggalkan berangsur-angsur lebih rapi. Tangan jahilku sudah menjauh. hihihi.

Rumah ini akan menjadis sepi lagi setelah tahun ajaran dimulai. Anak-anak bengal sudah tinggal di rantau. Hanya akan ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan berdua menonton televisi selepas sholat maghrib.

Ruang akan mengalami perubahan saat beberapa manusia tidak lagi menggunakannya untuk beraktivitas. Hukum ini sesuai dengan apa yang pernah aku pelajari di kelas. Terori Man, Activity, serta Space dari Doxiadis. Teori yang mendasari bagaimana hubungan manusia, aktivitasnya serta ruangnya.

Begitupun dengan rumahku. Aku belum tahu kelanjutan kamar adik laki-lakiku setelah dia pindah ke Jogja. Mungkin akan berubah menjadi ruang lain yang memang dibutuhkan. Perubahan bisa diprediksikan. Dan manusia bisa melakukannya.

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...