April 19, 2013

Pendadaran dan Tasripin

Wuo, akhirnya ngeblog lagi. setelah sekian lama nulisn di file .docx yang judulnya BAB 1- Daftar Pustaka dan sudah melakukan UJIAN PRA PENDADARAN tanggal 11 April lalu, aku akhirnya bisa leluasa ngeblog. Revisian udah dikumpul, besok diambil lagi. Rasanya udah agak terkurangi sih bebannya, aku sebenernya pengen cepet2 pendadaran, hahaha. tapi kayaknya mggu depan jadwal pra an pendadaran udah rame. Y gatau juga, aku selalu berharap Bu Ratna aka Dosen Pembimbingku yang paling cantik dan baik hati belum cuti buat melahirkan.

Malam ini aku tdur pagi soalnya aku habis ngerjain tugas Prosper. Dari lama ga aku kerjain, mana materinya banyak, mana ga enak bgt sama Mayang. Heuuu yaudah. Finally done

Di sela-sela aku berselancar  di salah satu jejaring social bernama Twitter,  aku baca sebuah berita yang bikin aku mikir berkali-kali gimana rasanya kalo aku ada di posisi si Objek berita tsb. Aku emang suka bgt berandai-andai ngrasain jd orang lain.
Jadi, berita yang aku baca adalah ttg Tasripin anak berusia 12 tahun yang harus tggal mandiri, bekerja, putus sekolah, serta mengurus 4 orang adiknya yang masih kecil-kecil. Kalau tidak salah yang paling kecil berusia dini, soalnya katanya masih PAUD.
Yang bikin aku kaget, Tasripin tinggal di Cilongok, Banyumas, satu kabupaten dnegan daerah asalku. Miris. Cilongok memang berada jauh dari kota dan topografinya berbukit-bukit. bahkan desa yang dihuni Tasripin penduduknya hanya berjumlah 300 jiwa. Sama aja seangkatan ku pas SMA, itu aja masih banyak angkatanku kali. Dikit loh itu, aku aja hampir kenal semuanya.

Tasripin diceritakan disitu tinggal di rumah berukuran 4x4 meter yang dihuni dia sertaadik-adiknya. Ibunya sudah emninggal 2 tahun yang lalu. Dia ditinggalkan kakak dan ayahnya yang bekerja di kalimantan. Setiap hari Tasripin bekerja dnegan menjual jasa kepada para tetangganya dnegan imbalan uang untuk jajan. Dalam sehari pendapatannya berkisar antara 30-40 ribu rupiah. Uang tersebut digunakan untuk membeli beras dan lauk-pauk serta untuk jajan adik-adiknya. Selain bekerja, Tasripin juga harus merawat adik-adiknya, memandikan, memberi makan, mencarikan uang untuk biaya sekolah, mencarikan uang untuk jajan, serta menidurkan. Yang paling kasihan mungkin ketika adik-adiknya sakit, Tasripin hanya memberikan obat seadanya yang dia beli di warung. hal lain jika adik-adiknya minta uang untuk jajan, Tasripin pasti merasa bingung bagaimana memberikan uang mereka, bahkan untuk makan sehari-hari saja dia harus berhutang kepada tetangganya dnegan alasan hutang tersebut akan dibayar setelah ayahnya kembali dari Kalimantan.

Sejak berita tersebut diluncurkan, berbagai bantuan kemudian datang pada Tasripin dan adik-adiknya. Bahkan dari pihak TNI sendiri memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah mereka supaya menjadi rumah yang layak untuk dihuni. Saat rumah tersebut diperbaiki, Tasripin dan keempat adiknya diungsikan sementara di hotel. Mereka sangat senang bisa tinggal sementara di hotel, kasurnya empuk serta tivinya besar. Selain itu juga bantuan berupa makanan dan sebagainya berdatangan silih berganti pada Tasripin.

Aku kemudian diem sebentar, merenung, membayangkan kalo aku jadi dia. Mengasuh adik-adikku saat aku berusia 12 tahun sendirian. Aku bisa apa ya? hahaha. Dari kecil aku paling gabisa menjaga adik2ku, aku pasti bikin mereka nangis, aku pasti nakalin, aku pasti jailin. Perbedaan usia antara aku dan 2 bocil itu ga terlalu jauh, 4 dan 5 tahun. Tapi aku gabisa gaul sama mereka, mereka lebih suka bikin zona bermain sendiri, mungkin karena hampir seumuran, jadi mereka lebih nyambung. Terkadang yang paling aku gasuka, mereka berkomplot untuk menyerang aku.
Bayangin pas umur 12 taun aku SMP kan, aku cerita gebetan ke adikku yang usianya masih 7-8 taunan? Ga make sense....

Aku baru bisa bener2 konek ngobrol sama adikku dengan dialog yang dimengerti manusia normal adalah saat adik-2ku mau masuk SMA, disitu kami sudah memiliki kecenderungan yang sama, dari obrolan dan tempat main.

Balik ke Tasripin. Aku ga mungkin bisa semampu dan setegar dia. Aku mungkin udah minggat aja kali ya. Gatau juga. Yang pasti, salut buat dia. Bukan itu aja sih sebenernya yang mau aku kritisi. Ada sebuah miss disini mengenai keberadaan dia yang bener2 hidup tanpa orang tua tapi pemerintah desa bahkan warga sekitarnya engga mengupayakan supaya mereka mendapat tempat yang layak bahkan mendapat pendidikan secara cuma-cuma. Sampe akhirnya diliput televisi. Atau mungkin diliput telivisi adalah sebuah usaha supaya mereka mendapatkan bantuan yang juga lebih baik. Karena dilihat dari kondisi tempat tinggalnya, aku yakin, tetangga2 Tasripin juga bukan merupakan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang berlebih. Yam mungkin berlebih, tapi menurut standar mesyarakat di desa tsb.

Lagi-lagi kemsikinan membuat anak-anak menjadi korban untuk berpikir dan bertindak tidak seharusnya. Umur2 Tasripin dan adik-adiknya adalah usia-usia dimana mereka sedang asyik-asyiknya bermain bersama teman2 sebaya, belajar, mendapat kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Aku gabisa menyalahkan ayahnya yang pergi jauh ke Kalimantan untuk bekerja, toh ayahnya juga masih mengirimi setiap bulan, meskipun tidak langsung bisa mencukupi kebutuhan anak2nya di jawa.
Menyalahkan siapa? Sekali lagi aku mau menyalahkan sistem Indonesia.
Indonesia, negara dengan cap dunia ketiga, dimana BBM naik saja mahasiswa naik darah turun ke jalanan mengatasnamakan rakyat. Cih. Bahkan akupun sebenernya rela jalan kaki atau sepedaan kalo sampe akhirnya harga BBM naik dan orang tuaku ngasih uang jajan terbatas buat beli bensin.
Tipikal orang Indonesia sih sebenernya adalah org yang munafik bisa dikata. Aku? ya mungkin juga. Bayangin aja, beberapa harga kebutuhan pokok, dagimg dsb naik, iya mereka mengeluh. Tapi apakah kemudian yg beli jd sedikit? mereka langsung ga mengkonsumsi barang2 tsb? mereka ttp kok bisa beli. Lalu skrg masalah ga sih kalo naikin BBM dg tujuan demi kesejahteraan rakyat? Demi tasripin2 lain diluar sana yang mungkin belum terjamah kamera stasiun TV. Demi mahasiswa kaya aku yang muak sekali dnegan kondisi sistem Indonesia ini. Tuhan belum marah. Bisa jadi suatu saat tanah ini diratakan benar2 rata, sehingga saat merencanakan kembali berasa main SimCity.

Hubungan Pendadaran dan Tasripin? Bukan tidak mungkin suatu saat Tasripin juga bakalan pendadaran kok :)
Mereka anak-anak Indonesia yang layak dapet pendidikan setinggi-2nya demi kehidupan yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...