April 27, 2013

-Mencari Pasangan-

Setiap anak, aku rasa baik laki-laki atau perempuan mendambakan pasangan yang sempurna. Mereka menggunakan  orang tua mereka sebagai benchmark atau patokan bagaimana mereka harus bertindak. 

Ketika kamu tumbuh di keluarga yang harmonis, ibu dan ayah yang saling sayang, ga pernah bertengkar hebat, selalu kompak, memiliki tujuan hidup yang sama, kamu akan melihat mereka sebagai panutan bagaimana kelak bisa hidup bahagia dengan orang lain. 

Sedangkan kalo kmu tumbuh di keluarga yang broken home, orang tua yang tidak peduli anak2nya, kekerasan dalam rumah tangga, percekcokan orang tua yang sebaiknya tidak pernah terdengar oleh anak, kamu mungkin bisa sama atau bahkan menghindarinya. 

Di keluarga yang harmonis, kamu bisa melihat bagaimana sebenarnya seorang ayah berbuat demi keluarganya. Bekerja lembur, memuji masakan istrinya, berbelanja bersama keluarga, bermain dnegan anak2, membantu mengerjakan PR anak, membuatkan tugas kerajinan tangan hingga mengantar sekolah.

Kamu juga bsia melihat bagaimana peran seorang ibu yang kamu lihat sehari2 dan kamu rasakan. Ibu yang selalu memasak untuk suami dan anak2, bercanda mesra dengan ayah saat menonton TV, saling kompak memberimu nasihat, selalu memberikan apa yang kamu minta saat jalan2 ke toko. 

Peran keduanya sangat berat. Bagaimana bisa dua orang yang tdk memiliki hubungan apa2 yang kemudian diresmikan dalam pernikahan, memiliki watak berbeda, memiliki tujuan hdup berbeda, kehidupan berbeda. Kemudian memutuskan untuk punya anak yaitu kamu, sebagai titipan Tuhan yang harus dibesarkan dan menjadi tanggung jawab terberat bagi mereka. Mulai dengan mengganti popok saat kamu ngompol dan menangis, membawa mu ke dokter saat badanmu panas, mengerti bahasa lewat tangismu saat kau belum bisa berbicara jelas. Lalu mengajarimu caranya berjalan dan memberimu semangat saat kmu jatuh saat coba berlari. Saat kamu besar, mereka mulai khawatir dengan pergaulanmu yang berada dalam tahap labil, takut terlibat dalam jaringan narkoba, pergaulan bebas, anak2 nakal dan sebagainya. 

Aku mulai menulis ini bukan untuk memposisikan aku dan kamu sebagai anak, tapi sebagai manusia yang juga kelak akan melewati fase seperti itu. Dengan memulai mencari pasangan hidup. Karena kata orang usia seperti sekarang sudah ga jaman cari pacar, tapi cari pendamping hidup. 

Pendamping hidup jangan sampai mendapatkan yang salah. Karena sekali salah itu fatal dan berakibat buruk selamanya sampai akhir hayatmu bersama dia. Makanya, aku sampai saat ini masih ga mudeng bagaimana sebaiknya mencari pendamping hidup itu. Jika melihat sosok bapak ku di rumah, well he is so FATHER. Walaupun aku tau sering galak2 dan sering marah2 soalnya aku lelet dan males. Dengan watak keras seperti itu aku ga pernah tau bagaimana Ibuku bisa beradaptasi sekian puluh tahun hdup berdua bersama Bapakku.

Mungkin itu yang disebut Cinta. Cinta yang ga pernah kita lihat seperti apa yg sering ditontonkan di tivi. Cinta yang instan, baru ketemu sekalai langsung jatuh cinta dan menikah dnegan pesta yang megah, ternyata setelah menikah tdk sesuai harapan. Trus cerai masuk infotainment. Halah. Hdup jika seperti itu sama saja kita tak pernah berusaha untuk belajar dari kegagalan. Bagiku seperti itu adalah menyerah. Padahal dalam sebuah bahtera rumah tangga, aku yakin banyak rintangan yang terjadi dan mau gamau keduanya harus kuat dan berusaha memperbaiki semua kesalahan dan memulai lagi dari awal. Aku mungkin belum pernah menikah, pacaran saja berkali-kali gagal. Tapi aku bisa melihat dan merasakan bagaimana sulitnya hidup berumah tangga. Aku sering dengar cerita2 dr majalah wanita, cerita dr temen atau dr siapapun. Dan yang pasti aku melihat sendiri.


Kemudian aku mulai berpikir bahwa hidup sebagai manusia dewasa dan memiliki pasangan itu adalah kehidupan yang sulit dan bukan sekedar permainan. Mungkin ga banyak yang nyadar dg hal ini. Ini mungkin yang disebut dg kesiapan sebelum menikah. Janji yang diucapkan di depan penghulu bukan sekedar janji saat kamu wawancara organisasi atau wawancara kerja. Manis dimulut dan engga tau 'what should i do next?'

Bagaimanapun juga, mencari pasangan yang bisa long lasting sampai maut memisahkan itu ibarat mencari harta karun di lautan antartika yang njamin hidup kamu bakal bahagia selamanya. That's why, it is make sense when i say i have a lot of criterias for man who wants to be my husband. Aku gamau ternyata seorang playboy, seorang yg suka boong, suka ngutil, suka korupsi, suka ngerjain hal2 yg ga jelas, ga realistis, manja, males, ga pinter, ga soleh, the damned bastard, suka main perempuan, punya penyakit kelamin, gaptek, bau, ngerokok, ahh aku males bgt dengan semua keburukan yang barusan aku tulis.

Semua perempuan hanya butuh pria yang jujur, setia, sayang dan romantis dg caranya. 

Dan mungkin buat laki-laki, kamu juga pasti menginginkan perempuan yang keibuan, manis, lembut, baik, ga boros, cantik, menyenangkan, ga nuntut macem2, pinter masak, dan lain sebagainya. 

Dimanakah kita bisa mendapatkannya? 
I never know. 

Aku dan kamu pasti ga akan pernah berharap bahwa dalam pernikahan yang dijalani berujung pada perceraian. Apalgi selama menikah setiap hari hanya bertengkar, tidak ada harmonisasi perasaan, tidak ada kemesraan, serta tidak ada cinta. 

Sampe sekarang aku ga pernah tau. 
Let's be mature and thingking logically.

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...