Aku merupakan salah satu pengguna ponsel smartphone android di Indonesia. Pertimbangan untuk menggunakan jenis ponsel ini sangat panjang, terkait dengan harga ponselnya yang diatas harga rata-rata serta 'uang bulanan' untuk menghidupi ponsel ini.
Kemunculan smartphone, aku akui membuat dunia ini menjadi lebih simpel dan menyenangkan. Pertama kali aku melihat teman yang memiliki smartphone rasanya keren, canggih, dan pintar. Tapi saat itu kemunculan Blackberry sebagai smartphone yang aku ketahui pertama merupakan ponsel pintar, hanya sebagai ponsel gaya saja. Bentuknya yang bulat dnegan tombol qwerty serta bunyinya yang berkali kali membuat aku hapal bahwa itu bunyi BBM, rasanya menghilangkan minat untuk memiliki smartphone. Sebagian besar teman-teman yang memiliki smartphone hanya menggunakannya sebagai ajang gaul dan gaya. Misal dengan fasilitas BBM layanan pesan yang katanya gratis, memudahkan mereka berkomunikasi dg sesama pengguna BB. Padahal itu tidak gratis, mereka tetap harus membeli paket pulsa BBM. Mereka selalu menyangkal bahwa lebih murah ketimbang sms biasa, padahal kalo dihitung-hitung sih sama saja.
Fenomena BB yang sempat membuat beberapa perusahaan Cina membuat 'kembaran'nya dengan membuat handphone bermodel qwerty. Handphone tersebut didesain mirip bentuk BB yang bulat dan tebal. Duplikat BB tersebut langsung laris di pasaran kala itu. Bahkan dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti TV dan lain sebagainya.
Kemudian tidak lama, muncul Android sebagai saingan BB sebagai smartphone dengan tampilan yang lebih berkelas dan 'PINTAR'. Android mulai merambah pasar ponsel Indonesia. mungkin sebenarnya android sudah lama beredar di luar sana, tapi ya aku baru tau beberapa waktu yang lalu, hehehe. Android datang dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki BB. Pasalnya sebenarnya BB merupakan ponsel bisnis. BB biasnaya digunakan oleh orang-orang sibuk dan berfungsi sebagai agenda, hanya saja dia datang ke Indonesia melalui promosi-promosi yang salah, yaitu artis-artis. Sehingga BB menjelma sebagai ponsel gaul dengan hashtag 'Bagi pin dong!'
Berbeda dengan android, dia datang melalui cara dan 'isi' yang pintar. Android yang aku tau sih, hape nya orang yang suka ngeGame. Karena banyak sekali game yang ditawarkan oleh google play store, seperti game Angry Birds yang juga sempet booming, selain bisa dimainkan di PC bisa dimainkan di Android juga. Selain game, banyak fitur-fitur android yang memang lebih banyak dan menyenangkan dibandingkan BB. That's why i choose android as my smartphone.
Kalo ngomongin Apple, aih itu beda lagi. Yang aku tau, Apple itu smartphone nya orang kaya. Desain yang mewah, harga yang 'yuk', aplikasinyapun tidak gratis alias berbayar kecuali menggunakan jailbreak. Makanya android itu asik, selain asik di kantong juga asik dipake, hehe.
Nah, sebagai masyarakat modern nih, sudah bukan hal yang wah lagi sepertinya kebutuhan berkomunikasi terutama menggunakan smartphone. Hampir semua teman-teman kampusku sudah beralih menggunakan smartphone. Ini karena tuntutan profesi. Ehm ,sebagai mahasiswa terutama mahasiswa dengan segudang aktifitas keberadaan smartphone sangat menunjang kegiatan, pengetahuan serta pergaulan. Kalo ada email masuk langsung tau, bisa langsung bales, bisa browsing berita2 terkini dimanapun berada apalagi kalo di tempat yang koneksi wifi nya yahuud. Makanya ga heran ya kalo cafe dan tempat nongkrong lainnya penuh sama manusia yang ngeAutis, dateng sih rombongan, pas duduk sibuk liatin layar ponselnya.
Dari situlah kebiasaan aku mulai berubah, kemana-mana kalo ga bawa charger pasti bawa kabel data. Biar bisa nyolok kalo hapenya lowbat. Ada juga sih sekarang power bank, semacam pengisi daya tambahan, jadi ga perlu bawa charger dan nyari colokan, si power bank itu udah punya serep nya. Terus suka ketergantungan dengan koneksi internet serta listrik. Pernah sih di kosan mati lampu dan itu malam hari, waktu dimana handphone melalui masa-masa kritis menuju lowbat. Mati gaya banget asli. Apalagi lagi hobi banget nyimpan materi-2 kuliah berupa jurnal dan ebook di dalam handphone. Iseng-iseng buka Twitter, beberapa teman yang sama-sama mati lampu malah mengutuki keadaan. Kan lebih baik mengambil lilin ya daripada mengutuki kegelapan bukannya?
Masyarakat modern, ketergantungan dengan listrik, dengan internet, dengan hal-hal yang tidak nyata disekitar mereka. Aku pikir, sebenarnya masyarakat modern saat ini bahkan tidak lebih baik daripada masyarakat purba jaman dulu yang tinggal di gua. Kita (masyarakat modern) memiliki kerentanan yang tinggi terhadap terputusnya koneksi internet serta listrik. Rasanya ketika salah satu dari itu tidak ada, produktifitas kita terganggu, pekerjaan mandek, pacar ngambek.
Masyarakat purba jaman dulu pun mereka tetap bisa enjoy loh, walopun hidup bergelap gulita, tanpa internet dan tanpa listrik. Iya memang kondisinya berbeda, hukum revolusi makhluk hidup benar adanya, revolusi kebudayaan.
Mungkin kita, sebagai masyarakat modern harus mulai memikirkan startegi kita dengan smartphone kita apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya putusnya koneksi internet dan listrik selama satu hari. Mulai dari aku sendiri, kamu dan dia ya!
No comments:
Post a Comment