May 27, 2022

Jurnal Matrikulasi – Core Values Ibu Profesional dalam Peta Belajarku (Zona 2 Misi 4)

 


Bismillah...

Segala syukur kepada Allah, masih mengijinkan aku untuk melanjutkan penyelaman dengan teman-teman lain melaju lebih dalam di zona 2 appetizer. Pada pos kali ini, kami para penyelam mendapatkan materi tentang Core Values yang disampaikan oleh sahabat Widyaiswara Teh Endang Prasdianti atau akrab disapa Teh Dian.

Pembelajaran mengenai Core Values diharapkan dapat menghasilkan pemahaman dan penjiwaan para penyelam mengenai Core Values selama berkomunitas di Ibu Profesional. Serta pendalaman mengenai Core Values pada setiap tingkat perkuliahan. FYI, di IIP (Institut Ibu Profesional) ada beberapa tingkatan perkuliahan, yaitu Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif dan Bunda Saleha. Masing-masing kelas ini beda-beda ya pembelajaran yang dilakukan. Sementara aku saat ini sedang berada di tahap matrikulasi, masih awal banget. Maka dari itu menuju kelas-kelas tersebut, aku perlu membekali dulu dengan dasar-dasar ilmu supaya bisa menerapkan semua ilmu yang diperoleh.

Bagi sebuah komunitas atau kelompok, CORE VALUES merupakan sebuah nilai-nilai yang dijunjung atau menjadi pedoman bagi para anggotanya untuk semakin mendalami peran mereka dalam berkomunitas.

Jujurly, untukku memahami materi ini cukup berat. Butuh berkali-kali kontemplasi dengan diri sendiri mengenai CORE VALUES IBU PROFESIONAL. Sebab materi ini beneran intinya adalah mendevelop kepribadian dan niat kita dalam menjalani peran.

 

So, CORE VALUES IBU PROFESIONAL, apa saja?

Awal mengisi gform sebelum masuk matrikulasi, muncul pertanyaan apakah sudah mengetahui/memahami CORE IBU PROFESIONAL? Aku lupa, gaes! Maka dengan kekuatan google aku menemukan jawabannya. Ternyata banyak juga para mahasiswa matrikulasi terdahulu yang mengerjakan misi via blog. Akhirnya akupun membaca sebuah blog yang tentu saja menyebutkan CORE VALUES IBU PROFESIONAL, yaitu BELAJAR- BERKEMBANG-BERKARYA-BERBAGI DAN BERDAMPAK. 


Step awal adalah belajar dan step akhir adalah berdampak. Core Values Ibu Profesional sangat progressif menurutku. Kita sering tahu atau mengalami sendiri bahwa setelah belajar terkadang hanya mengisi pengetahuan dan berakhir dengan ujian di selembar kertas jawaban. That’s it! Itu aja! Ilmu hanya sepintas lewat, lalu bye bye bersama kertas jawaban dan menjadi kenangan. Eaa…

Di Ibu Profesional ENGGA BEGITU, FERGUSO!

Ibu Profesional sebagaimana kita tahu di misi kemarin sangat menjunjung tinggi Merdeka Belajar, yang mana setelah belajar ada tahap refleksi diri. Begitu juga dengan Core Values nya. Sebagai siswa, kami dibebaskan memilih ilmu apa saja yang akan kami pilih, bebas memilih sumber belajar, bebas memilih metode belajar dan bebas mengekspresikan hasil belajar kami melalui media yang kami suka. Setelah ilmu tersebut kami peroleh, maka selanjutnya adalah berkembang. Berkembang adalah saling sharing, berbagi dengan rekan lain yang juga menimba ilmu yang sama, saling bertukar pengetahuan yang menghasilkan insight baru bagi diri kami.

Setelah itu, kami dituntut bisa berkarya lewat sari-sari ilmu yang sudah kami temukan sendiri dari diskusi bersama. Berkarya bukan semata-mata untuk mendapatkan cuan, cuan dan cuan bestie…terkadang karya adalah sesuatu yang kita ciptakan dan memberikan dampak utamanya bagi diri kita sendiri dulu. Misal kita belajar mengenai self healing, karya kita tentu saja praktek dari kita belajar self healing di awal. Tubuh kita adalah konsumen pertama yang harus merasakan dampak tersebut.

Baru selanjutnya setelah kita merasakan efeknya pada diri kita, kita dituntut kembali untuk bisa berbagi kepada yang lain. Berbagi bisa dengan media apa saja, apalagi saat ini, beragam media mulai dari video, suara (podcast), maupun blog bisa semua. Dengan cara bagaimana? Membuka free mini class tentang self healing mungkin (?) Kemudian step paliiiiiiiing juossss guandosss adalah berdampak.

Ilmu yang kita pelajari bisa memberikan dampak bagi orang lain, kelompok lain, komunitas lain. Bisa memberikan dampak dari ilmu yang dimiliki, membutuhkan jam terbang, makanya sebagai newbie, gausahlah dulu pengen langsung berdampak, jalani setiap step dan hasilkan progress meskipun sedikit. Sehingga seperti kata ibuku “pinter aja mung go dewek…tapi diajarna maring wong liya” dalam Bahasa Indonesia yang artinya : Kepintaran jangan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga diajarkan kepada orang lain.

This is how Knowledge can be an Amal Jariyah for us when we die. Ilmu akan diam saja ketika kita tidak pernah membaginya, kita tidak mengembangkannya. Ternyata di Ibu Profesional ini beneran deh, selain mikirin duniawi juga kita disuruh mikirin akhirat.

Pesan dari Teh Dian bagi kami, cukup 2 step di awal dulu kami asah dan kami kembangkan. Belajar dan berdampak. Aku yakin bahwa step-srep selanjutnya akan mengiringi kita selama kita tersu belajar dan berkembang. Ibarat kata step selanjutnya ini butuh jam terbang, apalagi BERDAMPAK ini ga aeng-aeng bestie…

 

Makna Pembelajar Sejati menurutku

                                           pict taken from here
 

Hidup adalah antara belajar dan ujian. Kadang macam pre test kadang juga macam post test. Belajar setiap hari, sepanjang waktu, sepanjang hidup. Apakah itu belajar mengenai hal teknis atau belajar tentang kehidupan. Cieehh…berat mikirinyaah…

Bagiku, pembelajar sejati menyadari bahwa setiap persoalan tidak harus diselesaikan saat itu juga, kadang perlu waktu, perlu menggunakan cara yang mungkin berliku. Ibarat kata dapet soal disuruh ke Surabaya dari Jakarta lewat jalan darat. Google Maps / Peta Belajar kita mengatakan lewat sini, lewat sini dan lewat sini. Ternyata, realitanya bisa lain. Kita disuruh lewat jalan yang tadinya ga kepikiran sama sekali. Jalan yang paling banyak rintangannya, ada hewan buas, jalan rusak, hutan, dan lain-lain. Pembelajar sejati menyerah? TIDAK. Dia tetep jalan, kalo capek dia istirahat. Sesekali blusukan cari pemandangan, it is ok!

Ketika sampai di Surabaya atau di tujuan, apa yang dia dapet? Tujuan aja? Engga, dia juga dapat pengalaman, skill baru, mengenal diri sendiri dan mungkin saja teman baru selama perjalanan. Se deep ini mungkin yang aku sedikit pahami tentang pembelajar sejati.

Oiya, pembelajar sejati juga selalu open minded atau memiliki pikiran yang terbuka. Menerima informasi baru, kritik, saran, koreksi dan menerima diri sendiri. Sejauh apa diri kita bisa bertahan terhadap suatu keadaan, Cuma kitalah yang tau bestiee..Open minded ga selalu tentang menerima dan melakukan. Menerima, mempertimbangkan dan mematutkan dengan diri kita apakah kita sanggup, juga bagian dari itu. Karena sepatu orang lain belum tentu cocok di kaki kita.

 

Perencanaan Core Values IP pada peta belajarku

Ini dia the core misi 4! Jeng-jeng…perencanaan Core Values Ibu Profesional pada peta Belajarku. Minggu lalu pas kelas bareng Mba Lulu dapet misi Menyusun peta belajar. Sekarang merencanakan dengan Core Values Ibu Profesional yang ada lima tadi (bukan balonku doang yang ada 5 gaes).

Mari kita bahas satu persatu, semoga teman-teman yang kebetulan tahan membaca tulisanku dari atas sampai sini mau melanjutkan dan mendoakan kebaikan untukku dan diri mereka sendiri, aamiin.

 


 


 


 


Mengambil peranku!

Beberapa kali Teh Dian menyampaikan bahwa berani mengambil peran, merupakan salah satu bentuk pendalaman Core Values. Practices makes Progress! Sekecil apapun progress tersebut, tetapi kita sudah berkembang dan berkarya gaes…

Sejujurnya, tentang peran ini adalah sebuah jawaban atas kegelisahanku beberapa waktu lalu. Seringkali aku merasa Lelah dengan kondisiku saat ini menjadi ibu full di rumah. Dengan sebelumnya aku adalah ibu-ibu kantoran yang siang berhadapan dengan manusia sebaya, ngobrol sesuatu yang sama, melakukan rutinitas manusia dewasa, kemudian sore hingga malam berinteraksi dengan anak. Saat ini aku full twenty four slash seven diulang ulang sampe ruwet pokoknya bersama kedua anak-anakku yang masih balita.

Bersama anak-anak balita seharian bagi psikologis manusia dewasa sepertiku bukan sebuah kondisi yang ideal bun, meskipun tentu saja aku komunikasi dengan suami yg NB sama-sama dewasa. Aku pernah baca sebuah artikel yang menyatakan bahwa tingkat stress IRT dibanding working mom yang tiap hari ke kantor itu beda, lebih stress ibu yang dirumah ngadepin anak all day. Karena dia ga punya kesempatan buat sosialisasi dengan rekan sebaya. Ternyata berdampak ada dampak buruknya bun. Jadi, missal sesekali keluar dan ngobrol dengan tetangga is ok. Asal diperhatikan jangan sampai terlibat lingkaran ghibah, obrolan atau kegiatan nirfaedah yang bikin jadi terlalu asyik sehingga lupa rumah.  

Rutinitas IRT itu beneran ga ada habisnya, kelar ini, lanjut itu, kelar itu, seseini, seseitu…begitu terus. Sehingga aku sering mengalami maag dan masuk angin karena lupa makan dan minum (hm…lebih baik puasa sekalian ga sih?)

Balik lagi ke peran! Aku pernah merasa kalo aku kaya “dibabuin”, kerjaanku gini terus, kapan ya aku bisa me time, bisa melakukan kesenanganku sendiri? Aku langsung istighfar, mohon ampun udah bener2 jauh banget mikirnya. Aku gatau kenapa bisa mikir begitu, aku gatau kenapa aku sampe jadi perhitungan dan ga iklas melakukan tugas2ku di rumah. Sampai akhirnya kelas kemarin dan aku berkontemplasi. Aku ketampar banget sama saran Teh Dian saat bilang “menjiwai peran”. Disitu aku selain ketampar juga dapat pencerahan. It was like, THIS IS THE ANSWER! Aku selama ini ga menjiwai peranku sebagai ibu dari anak-anaku.

Ibu itu kaya gimana sik? Bukankah ibu memang tugasnya demikian, ibu-ibu kita terdahulu pun demikian. Makanya mungkin ibu-ibu dahulu ga suka sambat, ga suka mengeluh karena aku yakin mereka sadar akan perannya. Lagi-lagi aku kepikiran perkataan ibuku ketika dulu awal aku memiliki newborn pertamaku. Begini kira-kira “Ya jenenge bae jadi ibu ya kaya kue, Ti…” sebuah kalimat buat menenangkan anaknya yang kaget baru jadi ibu. Baru hari ini aku memahaminya. Betul kan? Menjadi pembelajar sejati ga harus saat itu dapat jawaban. Buktinya, aku setelah hampir 5 taun menjadi ibu baru menyadari perkataan singkat ibuku yang ternyata sejalan dengan pesan Teh Dian.

So, peran seperti apa yang akan aku ambil?

Peran utamaku adalah istri, kemudian ibu dan anak. Tiga peran utama ini akan aku maksimalkan, akan aku jiwai dengan kesungguhan dan kemampuan yang aku miliki. Sembari aku memberdayakan diri mengambil peran di luar itu yaitu sebagai penulis, pebisnis online dan ahli Read Aloud. Dua hal ini adalah hal yang aku sukai dan aku harapkan bisa aku bagi kelak ketika aku sudah mendapatkan ilmu dan berlatih.

Sebab menjiwai peran itu ternyata sulit, butuh adanya kesadaran diri. Sekali lagi terimakasih Teh Dian yang dari materi singkatnya lalu bisa memberikan banyak sekali insight yang aku dapatkan hari ini. Beneran menjadi pembelajar mandiri itu effortnya luarrrr biasa! Tapi aku yakin aku bisa dan sanggup menjalaninya. Semoga Allah mudahkan setiap langkahku dan teman-teman semua yang sedang berikhtiar menuju kebaikan diri. Semoga aku bisa melanjutkan matrikulasi hingga selesai. Aamiin.

 

Sudah malam gaes, markibo, tapi kok laper ya? Hehehehe

Wassalam.

#Zona2 #PenjelajahPelabuhanSamuderaAmarta #Matrikulasi10 #InstitutIbuProfesional #IbuprofesionalforIndonesia #ip4id2022 #womenincooLABoration

 

1 comment:

  1. Keren jurnal matrikulasinya res, ijin share boleh? semangat terus buat mak mak pembelajar,,,semoga kita bisa belajar dan terus berkembang sehingga bisa berkarya dan berbagi hingga akhirnya nanti berdampak untuk lingkungan sekitar... eh itu COC IP yah kusebutin hahah,,, cemumut

    ReplyDelete

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...