October 11, 2016

Menjadi Masterchef ala ala Rumahan



Are you ready? Yes, Chef!

Sejak memutuskan berlangganan tv kabel, aku dan suami jadi punya acara-acara favorit. Salah satunya adalah program Masterchef.  Kami berdua bukanlah orang yang hobi masak. Kegiatan di dapur lebih sering masak mi instan, nugget atau ceplok telur. Tetapi, siapa sih yang ga terhibur liat masakan-masakan lezat dengan tampilan yang kece?

Berawal dari ngikutin masterchef US season 7 yang sudah berakhir, kami juga menonton Masterchef Australia season 8. Keduanya musimnya sudah berakhir. Pemenang Masterchef US 2016 adalah Shaun, seorang DJ yang punya bakat masak dan memutuskan total menjadi chef. Sementara pemenang Masterchef Australia 2016 adalah Elina, yang memang seorang chef di sebuah hotel.

Para peserta masterchef di US maupun Australia, rata-rata bukan seorang juru masak. Kualifikasi mereka lebih kepada para pehobi masak yang kreatif dalam mengolah masakan dari bahan apapun. Tidak heran, kalo di tiap tantangan mereka bisa menghasilkan masakan original dari bahan yang bahkan belum pernah mereka coba!

Selain melihat hasil hasil akhir berupa hidangan yang lezat dan menarik, aku dan suami juga belajar teknik memasak *ceile, ada moral value nya juga ya rupanya*. Iya, salah satunya kami jadi tau bagaimana cara memotong bawang a la chef. Ya ampun motong bawang saja harus seperti chef ya? Manfaat lain, kami jadi tau beragam bumbu-bumbu dan ciri khas masakan dunia. 

Efek nonton Masterchef ternyata mempengaruhi daya kreasi kami. Dapur ga cuma buat masak mi instan, nugget dan telur lagi. Kadang, kami menyempatkan masak bersama saat weekend. Mulai dari menentukan mau masak apa, belanja bahan, sampe masak bersama. 

Salah satu hasil eksperimen kami adalah memasak sate... *bangga*.
Berbekal daging sapi kiriman dari RT saat idul adha, kami akhirnya memutuskan mengolah daging tersebut. Kami googling dulu bahan-bahan membuat sate. Kami memilih resep dengan bahan sederhana aja *tetep ya gamau ribet*. Setelah tahap preparation selesai, kami mulai mengeksekusi.

Daging sapi kami rendam dengan coca cola. Ini ada lah tips dari Homer di film The Simpson. Daging yg direndam coca cola akan lebih empuk dan juicy. Setelah itu kami membuat bahan rendaman sate. 

Sate kami yang sudah direndam bumbu rahasia


Berhubung ga memungkinkan bakar sate di dalem rumah, kami membakar sate di depan rumah. Perlu dibayangkan untuk menyalakan api dengan arang butuh setidaknya satu jam! Hingga akhirnya menyala dan kami mulai membaui tetangga-tetangga kami malam itu. 

Alhamdulillah setelah dirasa matang dan dengan rasa ga enak ke tetangga, kami menyudahi acara bakar-bakaran sate. Aku kemudian menyiapkan bumbu kecapnya. Semudah itu...

Sate dan bumbu kecap hasil kreasi kami, chef rumahan

Karena bakar satenya keburu-buru, sebagian besar sate yang dibakar di akhir ga matang sempurna. Suami emmiliki ide untuk menggoreng kembali satenya. Jadi, satenya dilepas dr tusukan dan digoreng dengan bumbu cabe. 
   
semacam balado sate goreng cukup pedas dan tidak gagal

Yeayyy...edible kok! Kami bahagia dan kami kenyang. Kami sudah terlatih untuk kerja tim seperti di Masterchef dan sudah pandai memahami rasa *aihhh gaya*. 

Memang benar, tontonan itu menstimulasi daya kreasi para penontonnya. Makanya pilih-pilih acara tv yang berkualitas ya. Berhubung masterchef yang dewasa udah pada kelar musimnya, sekarang kami lagi ngikutin musim baru Masterchef Junior US dan Australia. Siapa ya kira-kira pemenangnya?

Salam, 
Resti -chef rumahan bersama suami-

2 comments:

  1. Seru ya mbak, masak2 bareng suami, hihi.. Saya juga suka liat masterchef, walaupun nggk ngikutin, hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo salam kenal mak. iya seru, meskipun kadang suka berantem juga hehe

      Delete

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...