Barusan banget aku nonton sebuah
video di youtube tentang rokok. Agak selow tadi siang studionya, karena aku
udah ngerjain beberapa kerjaan di kosan. Terus tadi ga ada tambahan kerjaan.
Well, youtube killed my boredness :D
Iseng buka stasiun youtube yang
aku subscribe, merasa bosan nonton stand up comedy, Marcus Butler, dan mbak
Michele Pahn (gini bukan sih nulisnya?). Terus iseng aja gtu buka video iklan
rokok yang ada di pingiran dan eh nemu sebuah video ttg rokok yang durasinya
kurang dari satu jam. Video tersebut dibuat oleh orang luar tentang kondisi
pertembakauan di Indonesia. Setelah nonton video tersebut, aku jadi pengen
banget nulis ini. Silakan baca.
Rokok. Siapapun tau benda yang
berbentuk tabung panjang dengan kertas pembungkus yang mayoritas putih dan di
bagian filternya berwarna cokelat. Benda ini adalah salah satu pembunuh
terbesar di Indonesia maupun dunia. Dengan menghisap benda ini, siapapun bisa
terkena serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Bahkan
perokok pasif, yaitu orang-orang yang hanya berada di sekitar perokok aktif
tersebut juga bisa menjadi korban dari keganasan kanker paru-paru.
Rokok yang sampai sekarang masih
belum ada undang-2 yang melarangnya dari pemerintah, masih berstatus menjadi
barang yang mubah. Yaitu bila dilakukan tidak apa-apa dan bila ditinggalkan
akan lebih baik. Oleh karena itu, masih banyak ditemui orang-orang yang merokok
di sekitar kita.
Sebagai mahasiswa teknik,
kegiatan merokok bukan menjadi kegiatan yang jarang bahkan asing bagi mata dan
kepalaku. Aku bukan perokok pastinya. Hanya terkadang menjadi perokok pasif di
antara teman-2 pria yang suka merokok. Itupun tak sengaja. Mana ada niat
jejer-jejer sama orang ngrokok? Ada juga bisa mati sesak nafas. Di kalangan
mahasiswa, merokok menjadi salah satu gaya hidup bahkan menjadi kebutuhan
primer bagi beberapa teman. Tidak hanya buat teman laki-laki, tapi juga teman
perempuan. Awalnya agak kaget dan sedikit risih saat jajan di kantin dan
bertemu beberapa mbak-mbak senior yang saat itu merokok. Tapi kemudian terbiasa
melihat, maka ya jadi biasa saja.
Merokok bisa bikin kecanduan.
Siapapun yang terjebak dalam sebuah candu tembakau akan menjadi pecandu yang
engga tau kapan bisa keluar dari belenggu tersebut. Sehari saja engga ngisep,
katanya sariawan, bibir pait, jadi ga bisa mikir (otaknya ketinggalan kali) dan
alasan-2 lainnya. Tuntutan tugas-tugas
kuliah dan realita kehidupan yang dialami masing2 teman terkadang mendorong
mereka untuk berteman dengan rokok. Beli rokok di kampus tidak susah. Kantin jurusanku
menyediakan dalam bentuk pak-pakan hingga eceran. Selain itu, tawaran rokok dari
teman biasanya menjadi sebuah hal yang menggembirakan buat teman2 yang merokok.
Beberapa teman yang tidak merokok bahkan akhirnya menjadi perokok karena
berbagai alasan, termasuk supaya bisa diterima dalam pergaulan.
Kecanduan mengakibatkan rokok
menjadi salah satu kebutuhan primer selain nasi. Penghasilan bisa separuhnya
dibelanjakan hanya untuk memanjakan mulut dan mengikis paru-paru. Well, bisa
dibilang rokok sebagai pemicu kemiskinan. Bila satu hari menghabiskan 1 bungkus
rokok seharga 10 ribu rupiah, dalam waktu satu bulan maka perokok akan
menghabiskan sekitar 300 ribu rupiah untuk beli rokok.
Betapa rokok menjadi sebuah lambing
pergaulan modern saat ini, termasuk sebagai promotor acara-2 musik berskala local
hingga internasional. Beberapa artis internasional dating ke Indonesia beberapa
tahun terakhir. Tidak tanggung-tanggung artis sekelas Florida dan sebagainya
manggung di Jakarta. Siapa sih yang bisa ngedatengin mereka? Yup. Perusahaan rokok.
Keuntungan dari penjualan rokok mereka di Indonesia, membuat mereka bisa
membayar artis-2 internasional untuk datang menghibur para fans nya di
Indonesia. Melalui acara tersebut pulalah mereka mengeksiskan diri sebagai
brand yang bisa mendukung ‘taste’ anak muda jaman sekarang.
Di sisi lain, beberapa perusahaan
rokok juga memberikan beasiswa pendidikan melalui CSR nya. Beasiswa yang hadir dalam
nominal yang menggiurkan dan kegiatan2 peningkatan karakter pribadi dan
leadership, selalu menjadi incaran bagi beberapa siswa dan mahasiswa untuk
mendapatkannya. Lalu korelasinya apa? Apakah siswa-siswa berprestasi tersebut harus
merokok? Siswa-siswa yang mendapat beasiswa tersebut pastilah anak-anak pilihan
yang secara akademik memiliki nilai-nilai yang baik dan pengetahuan yang baik
pula. Mereka pasti tau rokok itu apa.
Sangat disayangkan sebenarnya
keberadaan rokok di masyarakat. Di satu sisi, rokok adalah pembunuh, di sisi
lain banyak orang bergantung pada produksi rokok serta tawaran2 yang perusahaan
rokok tawarkan.
Indonesia sebagai negara dunia
ketiga bersama negara-negara berkembang lain merupakan pasar rokok terbesar
bagi perusahaan-perusahaan rokok internasional. Harga rokok yang relative lebih
murah dan ketersediaanya yang mudah diperoleh, menjadi sebuah alasan rokok
adalah barang yang mudah diperoleh semudah mencari minuman mineral. Di NYC (my
dream city) harga sebungkus rokok dibandrol sekitar 13 dolar amerika, ya 130
ribuan lebih lah ya kalo kita hitung kurs dolar amerika adalah 10 ribu rupiah. New
York juga merupakan sebuah kota yang melarang warganya untuk merokok selain di
dalam restoran atau kafe. Jadi di tempat-tempat umum terutama di Times Square,
smoking is forbidden. Padahal ya padahaaaal….amerika adalah tempat dimana
Marlboro dibuat oleh Philip Morris yang kemudian meninggal akibat kanker paru-2
akibat rokok yang dibuatnya sendiri. Tragic,
huh?
Di Indonesia, jangankan di kafe,
yaelah di ruang-ruang public saja ngerokok itu bebas-bebas aja. Terutama di
lingkungan institusi pendidikan. Miris. Indonesia dengan jumlah penduduk sekian
ratus juta ini hanya bisa merokok, ya pantes lah berkembang terus ga maju-maju.
Mahasiswa yang belajar ini itu bla bla bla, ngerokok, paru-paru rusak, mati
muda, bangsa ini mau jadi apa?
Aku emang benci rokok dan
perokok. Mungkin ada yang mau nanggepin ‘Kamu belum nyobain sih res, enaknya
ngerokok…’. Well I have. Pernah dulu bgt aku nyobain 2 batang rokok sampoerna
merah, yang menurut beberapa teman2 didaulat sebagai rokok cewek karena
kandungan nikotinnya yang lebih rendah dibanding rokok-2 lain terutama yang
filter. Manis. Rokok seperti oksigen yang seharusnya aku hisap dalam-dalam dan
alirkan lewat paru-paru. 1 batang habis. Aku lanjutkan batang yang satunya. Kemudian
aku berpikir bahwa asap rokok ini, bakalan masuk ke paru-paru. Mengalir dalam
darah. Darahku akan mengandung nikotin! Oh tidak! Bisa-bisa rusak masa depanku
gara-gara 2 batang rokok sialan yang sempat bikin aku batuk2 diawal
perkenalanku dengannya. Buru-buru aku matikan setengah batang rokok tersebut. Aku
semprot kamarku dengan pengharum ruangan, aku bungkus dnegan tisu abu dan
puntung2 rokok tersebut dan segera gosok gigi berkali-kali untuk menghilangkan
jejak-jejak nista ini.
Kenapa sih rokok ga dilarang aja?
Malah ganja dilarang? Aku setuju sama Stand Up comedy nya Pandji Pragiwaksono
yang di sebuah kafe beberapa tahun lalu. Dia mengatakan lebih baik ngganja
daripada ngrokok. Ngganja Cuma bikin lu mikirnya lambat. Tapi rokok bisa bikin
lu impoten. Kalo lu ngganja, lu masih bisa bikin anak meskipun lambat, tapi
kalo lu impoten, lu gabisa bikin anak. Hahahaha. That was a very ridiculous
joke ever. Orang ngganja Cuma buat kesenangan pribadi, dia ga melukai orang
lain. emang sih efeknya saraf. Ya sma aaja lah sama rokok. Yang rugi banyak. Mati
juga.
Lalu yang bergantung sama rokok
buat hidup gimana reeeesss??? Lu jangan ngebacot mulu sok alim ngomongin don’t smoke
don’t smoke tapi lu liat niiih banyak bgt orang2 yang ngegantungin hdupnya dari
tembakau dan rokok.
Kenapa ga cari usaha lain? usaha
lain kan masih banyak selain nanem tembakau dan bikin rokok? Lagian nih ya,
rejeki sih udah diatir sama yang di atas. Tinggal kitanya aja gimana berusaha.
Well, sekali lagi aku mendukung
gerakan anti tembakau di dunia. Pernah di kereta pas perjalanan pulang ke
rumah, aku duduk depan2an sama mas-mas pacaran sm mbak-mbak (yaiyalah, masa
sama mas-mas juga). Mas-mas tersebut ganteng. Terus dia ngerokok. Dari gelagat
dia tsb aku lansgung liatin. Then dia mulai ngerokok. Dan aku beraksi. Aku batuk2
dan berakting sesak nafas. Aku menggapai-gapai masnya ‘maaf mas, saya asma mas,
plis jangan ngerokok disini’. Masnya pergi dan tak pernah kembali lagi. Aku ditoyor
temanku yang duduk di sebelah. Hahaha. Itu aksi saya, mana aksimu?
No comments:
Post a Comment