Aku bukan kakak yang baik. Aku bahkan tak bisa mengasuh
adikku dan mendidik sebgaimana kakak-kakak pada umumnya. Aku memang tidak
berbakat. Tapi aku punya adik dua.
Adikku yang pertama perempuan, dia sudah sejak kecil bersama
aku. Karena hanya dia adik yang bisa nyambung dnegan perckapanku jika bermain
boneka. Meskipun demikian, aku tetaplah paling sering membuat dia menangis
untuk hal apapun termasuk berebut sesuatu. Kami memiliki trik-trik tersendiri
dalam mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
Sejak kecil adikku yang perempuan tampak lebih pendiam
daripada aku. Dia lebih suka menggambar dan membaca. Gambar-gambar dia lebih
bagus dan imajinatif dibandingkan aku yang lebih suka menggambar sesuatu kaku
dan hanya tampak seperti garis-garis lurus saja.
Aku dan dia selisih 4 tahun. Sejak kecil dia sudah
memberikan banyak sekali pertanda jika dia anak yang cerdas. Bahkan lebih
cerdas daripada aku. Ketika masuk sekolah dasar, dia kelas 1 dn aku kelas 5. Beberapa
anak-anak SD yang nakal suka mengganggu dia karena tau dia adalah adikku. Aku sering
harus berantem dengan mereka karena membuat adikku menangis. Aku benci pada
siapaun yang mengganggu adikku. Aku rela melakukan apa saja asal sakit hati itu
bisa tersalurkan ke orang tersebut. Tapi adikku anak yang cuek dia bahkan tidak
pernah menaruh dendam pada mereka. Aku? Aku yang melihat dia menangis mana
tega?
Kemudian kami pindah sekolah, karena kami pindah rumah. Aku dan
dia berbeda sekolah. Di sekolah yang baru tersebut adikku adalah anak yang
sering mnegikuti lomba, dia memiliki banyak teman, disukai guru-guru. Dia lebih
terkenal dibandingkan aku. Sampai jenjanh SMP dan SMA aku sudah tidak tau lagi
pergaulan dia macam apa. Yang pasti dia sering masuk organisasi elit2 di
sekolah. Dan dia mulai mengembangkan bakat menggambar dia di computer. Dia menyukai
grafis. You can say she is a geek. Ga juga. Dia piter kalo masalah
perkomputeran dan pemrograman. Teman-teman dia banyak, bahkan saat adikku ulang
tahun ada saja teman2 dia dari jauh yang dating hanya untuk mengucapkan selamat
ulang tahun dan membawa kado. Sweet. Maybe she is a good friend.
Sekarang dia kuliah di salah satu fakultas kedokteran. Fakultas
kedokteran yang dia sukai dari dulu. Bukan manusia, bukan juga gigi. Memang langka.
Tapi kebutuhan akan dokter hewan semakin meningkat akhir-2 ini. Dan fakultas
dia mungkin bukan fakultas sebonafid fakultas2 kedokteran lain di universitas. Baru
masuk kuliah, dia sudah mulai mengikuti banyak kegiatan kampus dan langsung
dipercaya untuk megang beberapa projek desain. Aku gatau apa yang dia pamerkan
ke senior dia. Emang sih dia perfeksionis. Mungkin itu terlihat di beragam
desain dia.
Beberapa hal yang bikin aku kadang suka ngamuk dan sakit
hati sama dia adalah saat beberapa teman serumahku ngatain dia. Ngatain kalo
adikku sombong, gabisa senyum, tatapan matanya sinis apalah blablabla sampe
dibilang kalo dia daftar kerja itu akan sangat sulit karena gaya komunikasi
dia. Astaghfirullah aku Cuma bisa ngelus dada. Seperti itukah adikku di mata
mereka? Aku rasa adikku ga pernah cari masalah sama teman2ku. Bahkan dia bisa
bergaul dnegan baik dengan teman2 seangkatanku di SMA serta di kampus. Kami penah
jalan bareng dan sebagainya. Mungkin ada kesalahan di teman2ku serumah atau di
adikku pada mereka saja.
Hal tersebut adalah hal yang bikin aku langsung sakit hati
sesakit-sakitnya sampai menangis. Tega-teganya mengatakan perkataan semacam itu, aku dalam kondisi capek, lapar sampai maag, bawa-2 adikku yang ga ada salah apa apa. Aku cerita sama dia, dia hanya ketawa2. Dia masih
saja cuek, dia tidak pernah mengambil pusing. Dia hanya bilang ‘teman-2mu aneh
terlalu rempong dan terlalu ngurusin urusan orang lain.’ good dia punya sikap. Tapi
aku? Orang terdekat yang sedarah sama dia dan mendengar semua kata-kata yang
bikin aku langsung nyess. Aku berusaha menjelaskan bahwa adikku seperti itu. Kembali
lagi mereka mengatakan bahwa adikku ga ramah dan sebagainya. Itu yang aku dengar, mungkin mereka menyimpan hal
lain?
Aku menangis? Iya sambil menulis ini semua. Aku merasa
menjadi gagal sebagai kakak serta merasa malu apakah didikan orang tuaku
seperti ini. Tidak. Orang tuaku bahkan sellau mengajarkan bahwa kami harus baik
pada siapapun, tapi kami tau siapa orang yang baik dan siapa orang yang tidak
baik bagi kami.
Bagian mana yang salah? Adikku yang memiliki banyak teman
dan mudah diterima di komunitas mana saja mendapat perkataan seperti itu? Apa bukan
teman2kulah yang sebenarnya memiliki sikap buruk ke dia sehingga dia memberikan
respon seperti itu?
Memang benar sifat manusia, selalu mengkritik orang lain
padahal dia sendiri lebih banyak memiliki kekurangan.
Dari sini aku belajar, sebagai manusia terdidik seharusnya
kita memiliki mulut yang santun. Semakin kita berilmu semakin santun harusnya
dalam berpikir dan bertindak. Jika harus mengkritik orang pasti memiliki tata karma
tersendiri yang tidak membuat orang lain terluka. Ucapan yang telah keluar tak
mungkin bisa ditarik kembali. Kesan dan penilaian orang akan sangat melekat. Pada
orang yang jarang ditemui saja sudah berani mencaci semacam itu, apalagi dnegan
aku, orang yang setiap hari berada bersama. Bukan hanya adikku, beberapa teman
juga mengkritisi bahwa teman2 serumahku memang seperti itu. Mungkin ga semua. Ya
berpositif thinking lah, mereka sedang PMS atau mereka sedang mengatakan saran dan
kebenaran, dengan cara mereka sendiri. Aku tidak tahu. Ya sudahlah. Biakan itu
menjadi urusan mereka, mungkin hidup mereka sudah baik sehingga mereka merasa
harus memperbaiki hidup orang lain.
Oiya, sebaiknya aku mulai melarang adikku untuk main ke
kosanku. Aku males mendengar cacian yang menyakitkan dari mulut-mulut tersebut.
Kalo ada yang sengaja baca, bacalah, resapilah. Anda tidak
bisa ngejudge seseorang hanya dnegan senyuman mereka saja. Anda fatal dan anda
salah besar!
yes, maam! i never judge people by their first impression. aku juga sering kesel sama orang-orang sok tau yang suka ngejudge sesuka mereka.
ReplyDelete