RESTI.
Itu nama yang biasa orang panggil padaku sejak aku lahir sampe seumur gambreng ini. Meskipun banyak panggilan-panggilan yang sama sekali tidak terdapat dalam suku kata namaku, tetapi aku harus mengakuinya sebagai namaku dan harus menoleh ataupun menjawab ketika ada yang memanggil enur, mika, restong, atau ci.
sedangkan CINTA bukan nama tokoh.
cinta layaknya sebuah kata yang sering ditulis anak-anak jaman SD untuk mengolok temannya berbeda jenis untuk dijodoh-jodohkan. What kind of this world, such children have to know about LOVE.
Iya, jamanku SD kalo berangkat sekolah dan ketemu entah lelaki kiriman darimana yang harus dipasangkan kepadaku dan aku harus melihat namaku ditulis besar-besar di papan tulis, kemudian tanda love dan nama dia dibawah, atau susunannya terbalik, nama dia diatas. Katanya itu cinta. Simpel ya definisi cinta anak SD jamanku. Hanya sekedar modal nama serta kapur tulis. Maka itu namanya cinta.
Lalu apa hubungannya aku menulis namaku disandingkan dengan cinta tanpa nama laki-laki mengiringinya?
Ya nama siapa sih yang mau aku tulis. Maunya nulisnya Reza Rahadian gitu. Tapi, mas Reza enggak kenal sama aku. Aku juga enggak kenal, lalu terbitlah peribahasa tak kenal maka tak sayang. Maka itulah kami berdua tak slaing menyayangi.
Cinta itu apa sih? banyak orang ngomong, tapi pada gatau artinya apa. Seakan itu ajaib, miracle, klenik, gaib, hahaha ga ngerti deh ya.
Kalo ditanya cowok yang lagi kmau cintai siapa, Res? Rasanya mau sebut nama dia. Dia yang mana? hahaha. Bahkan mungkin dia juga enggak percaya kalo aku cinta dia. Andai definisi cinta saat ini sama seperti belasan taun lalu, modal nama dan kapur tulis, maka aku seneng banget.
Aku juga bingung apakah yang pernah ataupun sedang aku rasakan adalah cinta?
Gembel banget kalo aku bilang aku ga cinta. Cinta ga punya variabel. Ga ada kriteria yang jelas. Cinta itu kaya kentut. yang ngerti cuma yang ngeluarin. Dan ga semua yang disebelahnya nyium baunya. Kadang harus mikir sampe guling-guling kalo aku lagi cinta sama orang. Is it LOVE? or just symphatic?
Berkali-kali aku gagal memiliki cinta yang sebagian besar anak perempuan impikan sejak kecil. Cinta yang berwujud seorang pangeran berkuda putih yang datang dari negri antah berantah dan menjemputnya untuk tinggal berdua bersama hingga akhir hayat dan bahagia selamanya.
Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang, aku kan datang
Dan memungutmu ke hatiku yang terdalam
Bahkan, ku tak kan bertahan tanpamu
Secuplik lirik Untuk Perempuan SO7 yang selalu aku ingat, saat aku terlampau jauh mengejar seseorang yang tak sepantasnya aku kejar. Perempuan kodratnya bukan mengejar, Guys!
Tapi, jaman emansipasi? Semua menyalahkan bila seorang perempuan depresi karena memendam cinta pada laki-laki. Semua menyarankan 'ga ada salahnya kan kamu ngomong duluan ke dia?'
Serta merta adat ketimuran, bahwa perempuan hanya untuk dipilih, musnah.
Akupun pernah demikian. Mau bagaimana? Aku menjunjung prinsip lebih baik dikatakan daripada menyesal seumur hidup. Ya kan?
Lalu, cinta saya saat ini?
Mungkin sedang melayang. Memilih siapa yang berhak memilikinya. Karena cinta tak akan tahan lama bila di pemilik yang salah. Cinta ang aku akui akan hadir disaat yang tepat.
Begitulah aku dan cinta. Aku terkadang menyerah, terkadang berjuang. Dan sebagai manusia, aku punya batas kemampuan dan usaha. Jadi, sebenarnya semua ini aku titipkan pada yang di atas.
September 8, 2013
September 6, 2013
Magnet
Suatu ketika, saat aku merasa bahwa kita sama, sejalan tapi tak terkait, aku merasa kita adalah magnet.
Kita adalah dua batang magnet dengan kutub yang sama.
Kita memancarkan gelombang ke kutub yang sama, sejalan dan seirama.
Tetapi kita tak bisa saling terkait satu sama lain.
Kita berdua tak saling menarik.
Bahkan dalam jarak terdekat sekalipun.
Aku rasa kita tak cocok.
Kita ibarat bercermin satu sama lain.
Terkadang aku merasa kamu adalah refleksi dari diriku.
Aku berfikir, mungkin kita akan bersama jika memiliki kesamaan.
Tetapi tidak,ya?
Kita tolak menolak.
Kemudian kamu menyelaku.
Kamu bilang aku masih membaca buku pelajaran kuno.
Sebenarnya kutub yang sama padamagnet bukanlah saling tolak menolak.
Mereka memiliki daya tarik menarik teapi kecil.
Sehingga keduanya tak bisa memiliki kemampuan tarik-menarik sebesar dengan kutub yang berbeda.
Kamu bilang, keduanya ditakdirkan memiliki hubungan tarik menarik yang ta boleh melebihi kadarnya.
Keduanya bisa bersama.
Aku bahkan merasa bahwa itu sama saja.
Kita tetap kutub yang sama.
Yang akan tolak menolak bahkan jika tak ada jarak sekalipun diantara kita.
Tapi kemudian aku sependapat denganmu
Bahwa Tuhan memiliki tujuan mengapa dua orang harus dipertemukan
Bahkan akupun tak tahu tujuan Tuhan
Begitu juga kamu
Kita masih saling meraba
Dan tetap menerka bahwa kita magnet berkutub sama.
Kita adalah dua batang magnet dengan kutub yang sama.
Kita memancarkan gelombang ke kutub yang sama, sejalan dan seirama.
Tetapi kita tak bisa saling terkait satu sama lain.
Kita berdua tak saling menarik.
Bahkan dalam jarak terdekat sekalipun.
Aku rasa kita tak cocok.
Kita ibarat bercermin satu sama lain.
Terkadang aku merasa kamu adalah refleksi dari diriku.
Aku berfikir, mungkin kita akan bersama jika memiliki kesamaan.
Tetapi tidak,ya?
Kita tolak menolak.
Kemudian kamu menyelaku.
Kamu bilang aku masih membaca buku pelajaran kuno.
Sebenarnya kutub yang sama padamagnet bukanlah saling tolak menolak.
Mereka memiliki daya tarik menarik teapi kecil.
Sehingga keduanya tak bisa memiliki kemampuan tarik-menarik sebesar dengan kutub yang berbeda.
Kamu bilang, keduanya ditakdirkan memiliki hubungan tarik menarik yang ta boleh melebihi kadarnya.
Keduanya bisa bersama.
Aku bahkan merasa bahwa itu sama saja.
Kita tetap kutub yang sama.
Yang akan tolak menolak bahkan jika tak ada jarak sekalipun diantara kita.
Tapi kemudian aku sependapat denganmu
Bahwa Tuhan memiliki tujuan mengapa dua orang harus dipertemukan
Bahkan akupun tak tahu tujuan Tuhan
Begitu juga kamu
Kita masih saling meraba
Dan tetap menerka bahwa kita magnet berkutub sama.
August 30, 2013
Tak Berpijak. Mana Bumi?
Semua orang bilang dan mempertanyakan, apakah aku benar2 memiliki kaitan dengan kamu, wahai lelaki yang selama ini ada di bayangku.
Aku harus bagaimana jika semua orang mencibir aku karena bersama denganmu?
Aku harus bagaimana jika semua orang mulai mengatakan bahwa kamu bukan lelaki baik yang seharusnya aku dapatkan?
Aku harus bagaimana jika semua orang mulai tidak percaya bahwa aku adalah milikmu?
Mulanya aku biasa saja.
Mulanya aku tak peduli.
Tapi kenapa kebiasaan itu tak bisa aku lakukan lagi, saat kamu pun membuat aku tak bisa berpijak di tempat aku harus berpijak.
Kamu pun membuat aku semakin tidak tau aku harus kemana.
Bumi seakan hilang, aku melayang, terombang ambing dalam sebuah ketidakpastian.
Meskipun sebelumnya keyakinan ini sekeras baja.
Meskipun sebelumnya kamu sempat menggenggam tangan kecil ini, kemudian kau lepaskan.
Apa ini yang kau sebut berdua?
Sayang.
Terkadang bagiku sendiri terasa lebih menyanjungku sebagai perempuan yang tegar.
Aku memiliki bumi yang bangga aku pijaki. Meskipun itu bukan kamu.
Aku menginginkan bumiku kembali
Aku menginginkan kamu
Meyakinkan aku kembali bahwa bumi kita masih ada dan aku harus bsia berpijak sekuat tenaga di atasnya.
Aku harus bagaimana jika semua orang mencibir aku karena bersama denganmu?
Aku harus bagaimana jika semua orang mulai mengatakan bahwa kamu bukan lelaki baik yang seharusnya aku dapatkan?
Aku harus bagaimana jika semua orang mulai tidak percaya bahwa aku adalah milikmu?
Mulanya aku biasa saja.
Mulanya aku tak peduli.
Tapi kenapa kebiasaan itu tak bisa aku lakukan lagi, saat kamu pun membuat aku tak bisa berpijak di tempat aku harus berpijak.
Kamu pun membuat aku semakin tidak tau aku harus kemana.
Bumi seakan hilang, aku melayang, terombang ambing dalam sebuah ketidakpastian.
Meskipun sebelumnya keyakinan ini sekeras baja.
Meskipun sebelumnya kamu sempat menggenggam tangan kecil ini, kemudian kau lepaskan.
Apa ini yang kau sebut berdua?
Sayang.
Terkadang bagiku sendiri terasa lebih menyanjungku sebagai perempuan yang tegar.
Aku memiliki bumi yang bangga aku pijaki. Meskipun itu bukan kamu.
Aku menginginkan bumiku kembali
Aku menginginkan kamu
Meyakinkan aku kembali bahwa bumi kita masih ada dan aku harus bsia berpijak sekuat tenaga di atasnya.
July 26, 2013
It will be The End Of July
alhamdulillahirabbil'alamiin.
Bersyukur banget akhirnya bulan juli akan segera berakhir. Di bulan yang bertepatan dengan bulan suci ini, banyak banget hal ketje yang udah terjadi dalam hidupku. Tapi, yang paling keren adalah bulan ini aku berhasil nyelesein revisian!!! Dan sudah yudisium. Sarjana Teknik sudah resmi. hihihihi
Hal yang paling bete sebenenrnya pas revisian, sampah banget. Aku pake acara ngambek sama dosen penguji. Padahal Bapaknya ganteng. komentar beliau pas pendadaran bagaikan bikin aku kaya anak TK yang tiba-tiba maju ujian Studio sama Pak Gunung *lebay,Res, lebay!* Iya serius, aku nampak bodoh dan cengok sekali. Untung insting nyebelinku selalu menampik semua komen dia. Walopun pas awalnya aku agak mau ketawa juga sih pas beliaunya nanya. wkwkwk. Aku sampah bgt.
Aku baru menggila di minggu kedua Juli. Gada yang tau kalo aku lagi gila. Karena semua orang tau kalo aku udah gila. Bahkan ga ada yang tau kalo aku lagi gila revisi. Cuma jerawat-jerawat ini saksinya. Mereka tumbuh dnegan subur selama aku menggila revisi kaya supir angkot dikejar setoran. Ya mau gimana lagi, kalo mau wisuda agustus, ya ini bulan terakhir aku mesti maju yudisium. Mana aku udah pongah ke semua orang bahwa aku mau wisuda agustus semenjak aku males daftar ngejar yudisium mei, hehehe. Semua orang pada menyayangkan sebenernya kenapa aku ga wisuda Mei. Banyak yang nebak katanya 'Resti mau nyari PW dulu, lumayan kali 3 bulan bisa dapet cowok'. Sumpah itu kampret banget. Hmm,,,alasannya lebih pada akademis. Aku masih studio di MPKD, dan pusing banget. Bukan perkara masalah PW atau bukan PW.
Then, dengan kekuatan geng R.E.S wildin, sulastri, atun, bunga serta tyas selasih.....kami semua ber enam bisa kelaaaar.....
Masalah dateng lagi ketika everything almost fix, lembar pengesahan eike,,,,salah judul. Pembimbingku bilang ak lebih baik pake judul lama. Saat itu, pengujiku pada diluar kota dan di luar negri. Aku terancam ga dapet ttd dan terancam ga bisa yudisium. But, I took all my problems slowly. Masalah ga cuman itu, namanya mau yudisium dan wisuda itu syaratnya banyak banget. Ada ngurus surat bebas pustaka di perpus univ, fakultas sama jurusan. Selain itu mesti log in di SIA universitas. Ngeprint form, naik lantai 3, ke kagama, ke jilidan, ngeburn, nge bookmark in, beresin susunan skripsi....dan tentu saja bikin kata pengantar.
Well, kata pengantar adalah bagian paling kece kalo aku ke perpus dan buka punya kakak angkatan. Ada yang biasa, kurang biasa, serta ga biasa (red.alay). Aku awalnya mau bikin yang semi-semi alay. Tapi, aku kan ga alay, makanya aku batal bikin yang alay-alay. Jadi aku bikin biasa, kata pengantar pada umumnya.
Terlalu banyak sih orang-orang yang bakal kedobel. Contohnya si Sulastri, plis. Secara ga sadar, She fullfiled almost my life in Campus. Since I was a freshman till I am postgraduate student. Dan percaya atau engga, aku baru kenal dia dengan baik kemarin, selama kami tergabung dalam studio Pogung sampai ngurusin yang namanya yudisium dan wisudaan. Awalnya kami ya hanya kenal-kenal aja, meskipun udah jalan 2 minggu di Jerman. Parah emang guweh *alay*. Konyolnya, kosan kami sebelahan gang. Dia beda dari apa yang aku kira. Kalo si Sulastri baca ini, jitak aku aja Sul, hahahaha.
Nulis kata pengantar, ibarat nulis 'thanks to' para artis di album mereka. Kece kan. Awalnya aku ragu mau nulis siapa aja. Yang pasti secara formal para petinggi Jurusan, DosBing, Dosen penguji. Kemudian tentu saja kedua orang tua, sodara kandung, temen-2 seangkatan, temen main, temen kos, geng. Kalo yang punya pacar, pasti juga nulis nama pacarnya. Nah ini bagian krusialnya. Ok, im not single already. Im already taken. Aku agak takut ya nulis nama seseorang sebagai pacar di sebuah buku bernama skripsi. Aku takut nasibku tak sama dengan beberapa senior yang juga menulis nama pacarnya di buku tersebut, dan berakhir happy ending. Mereka menikah dan hidup bahagia dnegan seseorang yang mereka tulis tersebut. Karena ada juga senior yang menulis nama seseorang, tetapi batal. Gajadi. Aku takut. Takut terlalu pongah saat menuliskan nama dia. Takut aku terluka di kemudian hari karena membaca skripsiku. Takut menyimpan luka yang diperpuskan. Takut semua hanyalah isapan jempol. Takut melangkahi takdir, meskipun hanya menuliskan nama dia dan mengucapkan terimakasih.Takut nama tersebut dipertanyakan anak atau cucuku 'Ma, ini nama siapa?' atau 'Nek, ini di siapa nek?' atau paling parah suami nanya 'Sayang, ini mantan kamu? Kok kaya aku kenal ya' ah men, bisa jadi cinta fitri edisi lansia. Masa iya aku bakal jawab 'Iya itu nama seseorang yang sempat bersama nenek/mama/aku saat aku bikin kata pengantar buat skripsi, sekarang aja orang nya entah dimana gatau.' Aku paling takut kekhawatiran masa depan tentang sebuah nama dipertanyakan.
Tapi, entahlah. Aku menulis namanya. hahaha. Dengan konsekuensi apapun, aku siap kalo misalnya nanti saat aku masih hidup dan berusia 50 tahun aku membaca skripsiku tersebut aku akan mengingat nama orang tersebut sebgaai seseorang yang entah berada dimana, atau bahkan menjadi seseorang yang ditakdirkan bersamaku. Noone knows, But God. Aku gatau, tapi hanya mengucapkan terimakasih dan beberapa harapan yang umum, i think that was not a sin.
Ada sih sedikit harapan bahwa nama dia juga akan tertulis di kata pengantar thesisku taun depan. Berani taruhan? Hehehehe. Atau mungkin ada nama lain? Aku juga itu engga tau.
Yang pasti, bulan Juli ini merupakan bulan yang penuh dnegan rahmat dan berkah. Alhamdulillah aku masih bisa menikmati ramadhan seperti tahun-tahun yang lalu. Rasanya agak spesial. Ini mungkin bisa jadi ramadhanku sebagai mahasiswa, mahasiswa S1 tentunya. Mungkin tahun depan juga aku wisuda, hehehe. Insya allah. Aamiin.
Padahal, bukan Juli kemarin tuh, lagi bete bete nya KKN. hihihi. Tahun lalu masih sendiri, masih suka nggodain anak kampung di KKN an, masih ngerasa kalo KKN itu jahat, masih suka ngigo gamau KKN selama tidur pas KKN. Tahunlalu masih gatau mau ambil tema apa buat seminar. Well, segala puja dan puji syukur hamba haturkan pada Tuhan Penguasa Alam.
Seiring bertambahnya waktu semoga semua semakin baik. Semua cita dan doa diijabah. Semoga bulan-bulan selanjutnya bisa lebih baik dan lebih banyak pencapaian yang bsia dicapai oleh kedua tangan kecil ini. Aamiin.
Btw, minggu ini aku balik rumah. So buat siapa saja yang punya urusan di Jogja dneganku segera calling calling ya. Kalo udah di rumah aku paling males buka leptop serta henpon. Hihihihi.
*hai kamu, namamu aku tulis. Hmmm, bayar sini pake euro, hahaha. Well, baik-baik ya kamu di sana.*
Bersyukur banget akhirnya bulan juli akan segera berakhir. Di bulan yang bertepatan dengan bulan suci ini, banyak banget hal ketje yang udah terjadi dalam hidupku. Tapi, yang paling keren adalah bulan ini aku berhasil nyelesein revisian!!! Dan sudah yudisium. Sarjana Teknik sudah resmi. hihihihi
Hal yang paling bete sebenenrnya pas revisian, sampah banget. Aku pake acara ngambek sama dosen penguji. Padahal Bapaknya ganteng. komentar beliau pas pendadaran bagaikan bikin aku kaya anak TK yang tiba-tiba maju ujian Studio sama Pak Gunung *lebay,Res, lebay!* Iya serius, aku nampak bodoh dan cengok sekali. Untung insting nyebelinku selalu menampik semua komen dia. Walopun pas awalnya aku agak mau ketawa juga sih pas beliaunya nanya. wkwkwk. Aku sampah bgt.
Aku baru menggila di minggu kedua Juli. Gada yang tau kalo aku lagi gila. Karena semua orang tau kalo aku udah gila. Bahkan ga ada yang tau kalo aku lagi gila revisi. Cuma jerawat-jerawat ini saksinya. Mereka tumbuh dnegan subur selama aku menggila revisi kaya supir angkot dikejar setoran. Ya mau gimana lagi, kalo mau wisuda agustus, ya ini bulan terakhir aku mesti maju yudisium. Mana aku udah pongah ke semua orang bahwa aku mau wisuda agustus semenjak aku males daftar ngejar yudisium mei, hehehe. Semua orang pada menyayangkan sebenernya kenapa aku ga wisuda Mei. Banyak yang nebak katanya 'Resti mau nyari PW dulu, lumayan kali 3 bulan bisa dapet cowok'. Sumpah itu kampret banget. Hmm,,,alasannya lebih pada akademis. Aku masih studio di MPKD, dan pusing banget. Bukan perkara masalah PW atau bukan PW.
Then, dengan kekuatan geng R.E.S wildin, sulastri, atun, bunga serta tyas selasih.....kami semua ber enam bisa kelaaaar.....
Masalah dateng lagi ketika everything almost fix, lembar pengesahan eike,,,,salah judul. Pembimbingku bilang ak lebih baik pake judul lama. Saat itu, pengujiku pada diluar kota dan di luar negri. Aku terancam ga dapet ttd dan terancam ga bisa yudisium. But, I took all my problems slowly. Masalah ga cuman itu, namanya mau yudisium dan wisuda itu syaratnya banyak banget. Ada ngurus surat bebas pustaka di perpus univ, fakultas sama jurusan. Selain itu mesti log in di SIA universitas. Ngeprint form, naik lantai 3, ke kagama, ke jilidan, ngeburn, nge bookmark in, beresin susunan skripsi....dan tentu saja bikin kata pengantar.
Well, kata pengantar adalah bagian paling kece kalo aku ke perpus dan buka punya kakak angkatan. Ada yang biasa, kurang biasa, serta ga biasa (red.alay). Aku awalnya mau bikin yang semi-semi alay. Tapi, aku kan ga alay, makanya aku batal bikin yang alay-alay. Jadi aku bikin biasa, kata pengantar pada umumnya.
Terlalu banyak sih orang-orang yang bakal kedobel. Contohnya si Sulastri, plis. Secara ga sadar, She fullfiled almost my life in Campus. Since I was a freshman till I am postgraduate student. Dan percaya atau engga, aku baru kenal dia dengan baik kemarin, selama kami tergabung dalam studio Pogung sampai ngurusin yang namanya yudisium dan wisudaan. Awalnya kami ya hanya kenal-kenal aja, meskipun udah jalan 2 minggu di Jerman. Parah emang guweh *alay*. Konyolnya, kosan kami sebelahan gang. Dia beda dari apa yang aku kira. Kalo si Sulastri baca ini, jitak aku aja Sul, hahahaha.
Nulis kata pengantar, ibarat nulis 'thanks to' para artis di album mereka. Kece kan. Awalnya aku ragu mau nulis siapa aja. Yang pasti secara formal para petinggi Jurusan, DosBing, Dosen penguji. Kemudian tentu saja kedua orang tua, sodara kandung, temen-2 seangkatan, temen main, temen kos, geng. Kalo yang punya pacar, pasti juga nulis nama pacarnya. Nah ini bagian krusialnya. Ok, im not single already. Im already taken. Aku agak takut ya nulis nama seseorang sebagai pacar di sebuah buku bernama skripsi. Aku takut nasibku tak sama dengan beberapa senior yang juga menulis nama pacarnya di buku tersebut, dan berakhir happy ending. Mereka menikah dan hidup bahagia dnegan seseorang yang mereka tulis tersebut. Karena ada juga senior yang menulis nama seseorang, tetapi batal. Gajadi. Aku takut. Takut terlalu pongah saat menuliskan nama dia. Takut aku terluka di kemudian hari karena membaca skripsiku. Takut menyimpan luka yang diperpuskan. Takut semua hanyalah isapan jempol. Takut melangkahi takdir, meskipun hanya menuliskan nama dia dan mengucapkan terimakasih.Takut nama tersebut dipertanyakan anak atau cucuku 'Ma, ini nama siapa?' atau 'Nek, ini di siapa nek?' atau paling parah suami nanya 'Sayang, ini mantan kamu? Kok kaya aku kenal ya' ah men, bisa jadi cinta fitri edisi lansia. Masa iya aku bakal jawab 'Iya itu nama seseorang yang sempat bersama nenek/mama/aku saat aku bikin kata pengantar buat skripsi, sekarang aja orang nya entah dimana gatau.' Aku paling takut kekhawatiran masa depan tentang sebuah nama dipertanyakan.
Tapi, entahlah. Aku menulis namanya. hahaha. Dengan konsekuensi apapun, aku siap kalo misalnya nanti saat aku masih hidup dan berusia 50 tahun aku membaca skripsiku tersebut aku akan mengingat nama orang tersebut sebgaai seseorang yang entah berada dimana, atau bahkan menjadi seseorang yang ditakdirkan bersamaku. Noone knows, But God. Aku gatau, tapi hanya mengucapkan terimakasih dan beberapa harapan yang umum, i think that was not a sin.
Ada sih sedikit harapan bahwa nama dia juga akan tertulis di kata pengantar thesisku taun depan. Berani taruhan? Hehehehe. Atau mungkin ada nama lain? Aku juga itu engga tau.
Yang pasti, bulan Juli ini merupakan bulan yang penuh dnegan rahmat dan berkah. Alhamdulillah aku masih bisa menikmati ramadhan seperti tahun-tahun yang lalu. Rasanya agak spesial. Ini mungkin bisa jadi ramadhanku sebagai mahasiswa, mahasiswa S1 tentunya. Mungkin tahun depan juga aku wisuda, hehehe. Insya allah. Aamiin.
Padahal, bukan Juli kemarin tuh, lagi bete bete nya KKN. hihihi. Tahun lalu masih sendiri, masih suka nggodain anak kampung di KKN an, masih ngerasa kalo KKN itu jahat, masih suka ngigo gamau KKN selama tidur pas KKN. Tahunlalu masih gatau mau ambil tema apa buat seminar. Well, segala puja dan puji syukur hamba haturkan pada Tuhan Penguasa Alam.
Seiring bertambahnya waktu semoga semua semakin baik. Semua cita dan doa diijabah. Semoga bulan-bulan selanjutnya bisa lebih baik dan lebih banyak pencapaian yang bsia dicapai oleh kedua tangan kecil ini. Aamiin.
Btw, minggu ini aku balik rumah. So buat siapa saja yang punya urusan di Jogja dneganku segera calling calling ya. Kalo udah di rumah aku paling males buka leptop serta henpon. Hihihihi.
*hai kamu, namamu aku tulis. Hmmm, bayar sini pake euro, hahaha. Well, baik-baik ya kamu di sana.*
July 10, 2013
Rumahku
Kali ini aku ngeblog tidak di dalam kamar kosku yang mungil dan berdinding hijau.
Aku kali ini berada dalam sebuah kamar di lantai 2 sebuah rumah dengan warna tembok hijau pupus yang penuh buku pelajaran SMA yang mungkin beberapa diantaranya ada bukuku. Aku berbaring malas dengan telinga tersumbat earphone yang mengalunkan THE MESS I MADE dari Parachute yang dirilis 2009 lalu. Sebuah guling menopang tubuhku yang mendongak menatap layar laptop. Kasur tak berdipan ini masih cukup empuk untuk ditiduri sejak pertama kali ibuku membelinya 2 tahun yang lalu mungkin.
Aku sedang berada di rumah. Aku sedang menempati kamar adik laki-lakiku karena dia sedang bersama adik perempuanku di bawah mengerjakan soal-soal beasiswa dari sebuah negara yang akan mereka ikuti 2 hari lagi. Bapak sedang asyik menonton TV dan ibu mungkin sudah tertidur karena tadi menemani anak-anaknya memutari Moro membeli eskrim. Sedangkan nini sadem sudah dipastikan jam segini sudah istirahat.
Pukul 12 siang tadi aku dan adik perempuanku sampai di rumah. Kami pulang naik travel jam 7 dari jogja. Ini pertama kali aku dan adikku itu pulang bersama dalam satu travel. Sampai di rumah aku dan adikku langsung memeluk ibuku yang menyambut kami di pintu rumah. Sweet ya. Kami seperti drama korea saja. Ibuku sih sebenarnya yang suka drama. Aku juga. Ibu tadi siang sedang menyiapkan konsumsi untuk acara arisan ibu-ibu dasa wisma yang kebetulan bulan ini diadakan di rumah.
Rumah sepi, hanya terdengar suara televisi yang sedang menayangkan gosip siang. Adik laki-lakiku pergi ke musholla di dekat rumah untuk sembayang duhur. Sedangkan Bapak sedang nukang. Yu ne sedang nyetrika di atas dan nini sadem sedang mengangkat jemuran.
Udara siang tadi cukup panas. Adikku ngeloyor ke kamar mandi untuk mandi lagi. Aku hanya menyalakan kipas angin dan duduk-2 songong di depan tv sambil mengacak-acak isi dapur. Aku lapar.
Suasana rumah ramai saat kami semua berkumpul di rumah. Aku rindu suasana semacam ini. Suasana yang aku tinggalkan separuhnya sejak 4 tahun lalu. Disusul adik perempuanku 1 tahun lalu dan adik laki-lakiku tahun ini. Kami bertiga adalah penghuni jogja sekarang.
Banyak perubahan yang terjadi di rumah. Bukan hanya suasana, tetapi masalah ruang. Kamar tidurku tidak lagi menjadi kamar tidur. Percaya atau tidak, kamarku menjadi tempat solat. Meskipun masih ada lemari, rak serta kasur. Kamar adikku yang perempuan menjadi kamar adikku yang laki-laki, meskipun didalamnya masih ada lemari pakaian yang berisi pakaian perempuan dan puluhan komik koleksi aping. Barang-barang tersebut bercampur dengan mobil-2an tamiya milik apang dan buku-buku materi terbitan erlangga. Yang pasti, di kamar ini masih ada topi osis denga bordiran SMA NEGERI 1 PURWOKERTO. Rupanya apang belum menyingkirkan barang-barang SMAnya. Biarlah.
Rumah ini penuh dengan banyak kenangan. Rumah kecil di ujung jalan yang berbatasan langsung dengan sungai dan sawah, sudah kami sekeluarga tinggali sejak tahun 2001 kalo tidak salah. Cukup lama ya? Rumah ini sudah menjadi tempat aku melakukan smeua kegiatan mula dari menjadi siswa SD hingga aku menjadi sarjana. Barang-barang dirumah tidak mengalami perubahan. Hanya terdapat benda-benda baru seperti akuarium apang yang aku engga tau berapa kali dalam setaun dia mencucinya. Tapi ikannya tetap hidup. Yasudah.
Rumah ini bukan rumah yang bisa menyimpan tangis. Aku bahkan tidak bisa menyimpang tangisku disini. Pasti ketauan. Rumah ini tidak mengajarkanku untuk menjadi cengeng. Meskipun menangis, aku melakukannya dalam diam. Rumah ini sudah menguatkanku rupanya.
Hampir semua bagian dari rumah ini aku selalu singgahi. Mulai dari teras depan hingga cucian di belakang. Rumah ini kecil. Tapi cukup besar untuk menyimpan kekuatan-kekuatan untuk hidup di lain tempat. Rumah ini adalah bayangan pertama ketika aku homesick pertama kali kos. Aku merindukan kasurku yang tak berdipan, Radio di rak atas yang selalu aku hidupkan sepanjang hari, serta majalah-majalah berceceran di lantai. Rumah setelah aku tinggalkan berangsur-angsur lebih rapi. Tangan jahilku sudah menjauh. hihihi.
Rumah ini akan menjadis sepi lagi setelah tahun ajaran dimulai. Anak-anak bengal sudah tinggal di rantau. Hanya akan ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan berdua menonton televisi selepas sholat maghrib.
Ruang akan mengalami perubahan saat beberapa manusia tidak lagi menggunakannya untuk beraktivitas. Hukum ini sesuai dengan apa yang pernah aku pelajari di kelas. Terori Man, Activity, serta Space dari Doxiadis. Teori yang mendasari bagaimana hubungan manusia, aktivitasnya serta ruangnya.
Begitupun dengan rumahku. Aku belum tahu kelanjutan kamar adik laki-lakiku setelah dia pindah ke Jogja. Mungkin akan berubah menjadi ruang lain yang memang dibutuhkan. Perubahan bisa diprediksikan. Dan manusia bisa melakukannya.
Aku kali ini berada dalam sebuah kamar di lantai 2 sebuah rumah dengan warna tembok hijau pupus yang penuh buku pelajaran SMA yang mungkin beberapa diantaranya ada bukuku. Aku berbaring malas dengan telinga tersumbat earphone yang mengalunkan THE MESS I MADE dari Parachute yang dirilis 2009 lalu. Sebuah guling menopang tubuhku yang mendongak menatap layar laptop. Kasur tak berdipan ini masih cukup empuk untuk ditiduri sejak pertama kali ibuku membelinya 2 tahun yang lalu mungkin.
Aku sedang berada di rumah. Aku sedang menempati kamar adik laki-lakiku karena dia sedang bersama adik perempuanku di bawah mengerjakan soal-soal beasiswa dari sebuah negara yang akan mereka ikuti 2 hari lagi. Bapak sedang asyik menonton TV dan ibu mungkin sudah tertidur karena tadi menemani anak-anaknya memutari Moro membeli eskrim. Sedangkan nini sadem sudah dipastikan jam segini sudah istirahat.
Pukul 12 siang tadi aku dan adik perempuanku sampai di rumah. Kami pulang naik travel jam 7 dari jogja. Ini pertama kali aku dan adikku itu pulang bersama dalam satu travel. Sampai di rumah aku dan adikku langsung memeluk ibuku yang menyambut kami di pintu rumah. Sweet ya. Kami seperti drama korea saja. Ibuku sih sebenarnya yang suka drama. Aku juga. Ibu tadi siang sedang menyiapkan konsumsi untuk acara arisan ibu-ibu dasa wisma yang kebetulan bulan ini diadakan di rumah.
Rumah sepi, hanya terdengar suara televisi yang sedang menayangkan gosip siang. Adik laki-lakiku pergi ke musholla di dekat rumah untuk sembayang duhur. Sedangkan Bapak sedang nukang. Yu ne sedang nyetrika di atas dan nini sadem sedang mengangkat jemuran.
Udara siang tadi cukup panas. Adikku ngeloyor ke kamar mandi untuk mandi lagi. Aku hanya menyalakan kipas angin dan duduk-2 songong di depan tv sambil mengacak-acak isi dapur. Aku lapar.
Suasana rumah ramai saat kami semua berkumpul di rumah. Aku rindu suasana semacam ini. Suasana yang aku tinggalkan separuhnya sejak 4 tahun lalu. Disusul adik perempuanku 1 tahun lalu dan adik laki-lakiku tahun ini. Kami bertiga adalah penghuni jogja sekarang.
Banyak perubahan yang terjadi di rumah. Bukan hanya suasana, tetapi masalah ruang. Kamar tidurku tidak lagi menjadi kamar tidur. Percaya atau tidak, kamarku menjadi tempat solat. Meskipun masih ada lemari, rak serta kasur. Kamar adikku yang perempuan menjadi kamar adikku yang laki-laki, meskipun didalamnya masih ada lemari pakaian yang berisi pakaian perempuan dan puluhan komik koleksi aping. Barang-barang tersebut bercampur dengan mobil-2an tamiya milik apang dan buku-buku materi terbitan erlangga. Yang pasti, di kamar ini masih ada topi osis denga bordiran SMA NEGERI 1 PURWOKERTO. Rupanya apang belum menyingkirkan barang-barang SMAnya. Biarlah.
Rumah ini penuh dengan banyak kenangan. Rumah kecil di ujung jalan yang berbatasan langsung dengan sungai dan sawah, sudah kami sekeluarga tinggali sejak tahun 2001 kalo tidak salah. Cukup lama ya? Rumah ini sudah menjadi tempat aku melakukan smeua kegiatan mula dari menjadi siswa SD hingga aku menjadi sarjana. Barang-barang dirumah tidak mengalami perubahan. Hanya terdapat benda-benda baru seperti akuarium apang yang aku engga tau berapa kali dalam setaun dia mencucinya. Tapi ikannya tetap hidup. Yasudah.
Rumah ini bukan rumah yang bisa menyimpan tangis. Aku bahkan tidak bisa menyimpang tangisku disini. Pasti ketauan. Rumah ini tidak mengajarkanku untuk menjadi cengeng. Meskipun menangis, aku melakukannya dalam diam. Rumah ini sudah menguatkanku rupanya.
Hampir semua bagian dari rumah ini aku selalu singgahi. Mulai dari teras depan hingga cucian di belakang. Rumah ini kecil. Tapi cukup besar untuk menyimpan kekuatan-kekuatan untuk hidup di lain tempat. Rumah ini adalah bayangan pertama ketika aku homesick pertama kali kos. Aku merindukan kasurku yang tak berdipan, Radio di rak atas yang selalu aku hidupkan sepanjang hari, serta majalah-majalah berceceran di lantai. Rumah setelah aku tinggalkan berangsur-angsur lebih rapi. Tangan jahilku sudah menjauh. hihihi.
Rumah ini akan menjadis sepi lagi setelah tahun ajaran dimulai. Anak-anak bengal sudah tinggal di rantau. Hanya akan ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan berdua menonton televisi selepas sholat maghrib.
Ruang akan mengalami perubahan saat beberapa manusia tidak lagi menggunakannya untuk beraktivitas. Hukum ini sesuai dengan apa yang pernah aku pelajari di kelas. Terori Man, Activity, serta Space dari Doxiadis. Teori yang mendasari bagaimana hubungan manusia, aktivitasnya serta ruangnya.
Begitupun dengan rumahku. Aku belum tahu kelanjutan kamar adik laki-lakiku setelah dia pindah ke Jogja. Mungkin akan berubah menjadi ruang lain yang memang dibutuhkan. Perubahan bisa diprediksikan. Dan manusia bisa melakukannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Masuk Sekolah
Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya. ...

-
Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya. ...
-
Kemarin tepatnya hari kamis 14 April 2016 aku main ke Shinkenjuku. FYI, shinkenjuku adalah bimbel matematika yang mengusung tujuan supaya a...