Kali ini aku ngeblog tidak di dalam kamar kosku yang mungil dan berdinding hijau.
Aku kali ini berada dalam sebuah kamar di lantai 2 sebuah rumah dengan warna tembok hijau pupus yang penuh buku pelajaran SMA yang mungkin beberapa diantaranya ada bukuku. Aku berbaring malas dengan telinga tersumbat earphone yang mengalunkan THE MESS I MADE dari Parachute yang dirilis 2009 lalu. Sebuah guling menopang tubuhku yang mendongak menatap layar laptop. Kasur tak berdipan ini masih cukup empuk untuk ditiduri sejak pertama kali ibuku membelinya 2 tahun yang lalu mungkin.
Aku sedang berada di rumah. Aku sedang menempati kamar adik laki-lakiku karena dia sedang bersama adik perempuanku di bawah mengerjakan soal-soal beasiswa dari sebuah negara yang akan mereka ikuti 2 hari lagi. Bapak sedang asyik menonton TV dan ibu mungkin sudah tertidur karena tadi menemani anak-anaknya memutari Moro membeli eskrim. Sedangkan nini sadem sudah dipastikan jam segini sudah istirahat.
Pukul 12 siang tadi aku dan adik perempuanku sampai di rumah. Kami pulang naik travel jam 7 dari jogja. Ini pertama kali aku dan adikku itu pulang bersama dalam satu travel. Sampai di rumah aku dan adikku langsung memeluk ibuku yang menyambut kami di pintu rumah. Sweet ya. Kami seperti drama korea saja. Ibuku sih sebenarnya yang suka drama. Aku juga. Ibu tadi siang sedang menyiapkan konsumsi untuk acara arisan ibu-ibu dasa wisma yang kebetulan bulan ini diadakan di rumah.
Rumah sepi, hanya terdengar suara televisi yang sedang menayangkan gosip siang. Adik laki-lakiku pergi ke musholla di dekat rumah untuk sembayang duhur. Sedangkan Bapak sedang nukang. Yu ne sedang nyetrika di atas dan nini sadem sedang mengangkat jemuran.
Udara siang tadi cukup panas. Adikku ngeloyor ke kamar mandi untuk mandi lagi. Aku hanya menyalakan kipas angin dan duduk-2 songong di depan tv sambil mengacak-acak isi dapur. Aku lapar.
Suasana rumah ramai saat kami semua berkumpul di rumah. Aku rindu suasana semacam ini. Suasana yang aku tinggalkan separuhnya sejak 4 tahun lalu. Disusul adik perempuanku 1 tahun lalu dan adik laki-lakiku tahun ini. Kami bertiga adalah penghuni jogja sekarang.
Banyak perubahan yang terjadi di rumah. Bukan hanya suasana, tetapi masalah ruang. Kamar tidurku tidak lagi menjadi kamar tidur. Percaya atau tidak, kamarku menjadi tempat solat. Meskipun masih ada lemari, rak serta kasur. Kamar adikku yang perempuan menjadi kamar adikku yang laki-laki, meskipun didalamnya masih ada lemari pakaian yang berisi pakaian perempuan dan puluhan komik koleksi aping. Barang-barang tersebut bercampur dengan mobil-2an tamiya milik apang dan buku-buku materi terbitan erlangga. Yang pasti, di kamar ini masih ada topi osis denga bordiran SMA NEGERI 1 PURWOKERTO. Rupanya apang belum menyingkirkan barang-barang SMAnya. Biarlah.
Rumah ini penuh dengan banyak kenangan. Rumah kecil di ujung jalan yang berbatasan langsung dengan sungai dan sawah, sudah kami sekeluarga tinggali sejak tahun 2001 kalo tidak salah. Cukup lama ya? Rumah ini sudah menjadi tempat aku melakukan smeua kegiatan mula dari menjadi siswa SD hingga aku menjadi sarjana. Barang-barang dirumah tidak mengalami perubahan. Hanya terdapat benda-benda baru seperti akuarium apang yang aku engga tau berapa kali dalam setaun dia mencucinya. Tapi ikannya tetap hidup. Yasudah.
Rumah ini bukan rumah yang bisa menyimpan tangis. Aku bahkan tidak bisa menyimpang tangisku disini. Pasti ketauan. Rumah ini tidak mengajarkanku untuk menjadi cengeng. Meskipun menangis, aku melakukannya dalam diam. Rumah ini sudah menguatkanku rupanya.
Hampir semua bagian dari rumah ini aku selalu singgahi. Mulai dari teras depan hingga cucian di belakang. Rumah ini kecil. Tapi cukup besar untuk menyimpan kekuatan-kekuatan untuk hidup di lain tempat. Rumah ini adalah bayangan pertama ketika aku homesick pertama kali kos. Aku merindukan kasurku yang tak berdipan, Radio di rak atas yang selalu aku hidupkan sepanjang hari, serta majalah-majalah berceceran di lantai. Rumah setelah aku tinggalkan berangsur-angsur lebih rapi. Tangan jahilku sudah menjauh. hihihi.
Rumah ini akan menjadis sepi lagi setelah tahun ajaran dimulai. Anak-anak bengal sudah tinggal di rantau. Hanya akan ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan berdua menonton televisi selepas sholat maghrib.
Ruang akan mengalami perubahan saat beberapa manusia tidak lagi menggunakannya untuk beraktivitas. Hukum ini sesuai dengan apa yang pernah aku pelajari di kelas. Terori Man, Activity, serta Space dari Doxiadis. Teori yang mendasari bagaimana hubungan manusia, aktivitasnya serta ruangnya.
Begitupun dengan rumahku. Aku belum tahu kelanjutan kamar adik laki-lakiku setelah dia pindah ke Jogja. Mungkin akan berubah menjadi ruang lain yang memang dibutuhkan. Perubahan bisa diprediksikan. Dan manusia bisa melakukannya.
No comments:
Post a Comment