Bulan september ini adalah bulan
yang bagi sebagian teman-temanku terutama yang sudah wisuda untuk segera
melangkah ke jenjang selanjutnya yaitu melamar pekerjaan terutama sebgaai PNS.
Tahun ini beberapa instansi daerah maupun pusat tengah membuka lowongan bagi
putra putri terbaik bangsa untuk mengabdi kepada bangsanya melalui jalur PNS.
Banyak banget teman-teman yang
pengen kerja jadi PNS, beragam alasan yang mereka sebutkan kenapa mereka
memilih menjadi PNS. Ada yang karena kerjanya selow, jam kerjanya jelas,
kerjanya gampang, naik pangkat, ga mungkin diPHK, ada tunjangan, dan yang pasti masa tua
terjamin karena dapat pensiunan. Belum aku temui temen yang njawabnya sok
pancasilais, kaya gini nih ‘Aku ingin mengabdi bagi nusa dan bangsa sebagai
pelayan masyarakat, karena aku sekolah dibiayai masyarakat, aku sekolah di
kampus kerakyatan. Inilah saatnya aku membalas budi baik rakyat Indonesia.’ Said
no one ever.
Tidak ada yang salah buat
alasan-alasan teman-temanku di atas. Setiap orang memiliki preferensi
tersendiri dalam menentukan masa depan mereka. Menjadi PNS, merupakan salah
satu pilihan untuk bekerja.
Meskipun demikian, masih bisa aku
jumpai pula teman-teman yang tidak ingin memilih bekerja sebagai PNS. Beragam pula
alasan mereka kenapa tidak memilih menjadi PNS. “Kalau jadi PNS tuh jadi ga
kreatif, kerjanya Cuma nurut sama atasan, kaya nya lama, kalo mau kaya cepet ya
korupsi. Udah gitu ga bisa dandan kece, pasti pake seragam. Ga bisa menikmati
hidup lah.” Ada lagi yang bilang kalo “Ngapain jadi PNS, Cuma nambahin beban
negara. Sekarang coba 60%APBN buat apa coba kalo bukan buat gaji PNS? Sedangkan
kenyataannya di lapangan kita sering liat tuh, bapak-bapak ibu-ibu yang kerja
di kantor pagi2 baca koran, main fesbuk, kalo ditanya data ini punya enggak,
pasti jawabnya ga punya mbak, gak tau lah. “ selain itu ada yang menambahkan
bahwa kalo kerja jadi PNS biasanya tidak ditempatkan di bagian yang sesuai
dnegan keahlian. Misal sarjana teknik harus masuk bagain pembukuan. Sarjana ekonomi
harus masuk bagian teknis. Kebalik.
Hmmm. Dilematis memang. Apalagi beberapa
waktu lalu aku menemani temanku yang kebetulan mendaftar PNS daerah. Deretan freshgraduate sih bisa aku bilang, antri
panjang tak kalah dengan antri BLSM di beberapa loket. Temanku bilang biasanya
kalo yang antri nya panjang-panjang itu tenaga pendidikan atau kesehatan. Kebetulan
temanku mendaftar sebagai tenaga teknis di suatu dinas provinsi.
Emang sih ya, jadi PNS itu enak. Dari
segi jam kerja, teratur dan terjadwal. Setiap weekend bisa bersantai dengan
keluarga. Dari segi pendapatan, bisa dikatakan layak dan cukup. Apalagi kalo
ada gaji ke-13. Meskipun besarannya tidak sebesar pegawai swasta, setidaknya
menjadi PNS memiliki jaminan kalo misalnya mau mengajukan pinjaman di bank. Sementara
di hari tua, meskipun sudah tidak bekerja masih dapet gajian. Menggiurkan.
Tetapi apa sih makna di balik
menjadi PNS tersebut? Dengar-dengar nih, di luar negeri PNS bukan menjadi salah
satu jenis pekerjaan yg jadi incaran loh. Mereka menganggap bahwa kerja seperti
itu sama saja kerja sosial. Secara material memang tidak ada yang bisa
diharapkan. No offense loh ini. Di Indonesia, dari jaman kakek-nenek kita,
sangat berharap sekali anak-anaknya kelak bisa menjadi PNS. Karena PNS
merupakan golongan priyayi. Masih di beberapa daerah di Indonesia, menjadi PNS
adalah pekerjaan yang dihormati dan disegani di wilayahnya. Padahal jd PNS kan
banyak jenisnya. Makanya, banyak orang tua yang ingin mencari mantu PNS, dengan
dalih supaya kelak hidup anaknya terjamin dan tidak kekurangan. Sekarang ini
semua-semua ingin jadi PNS, lalu siapa yang jadi pembuat pakaian? pembuat makanan?
Pemilik salon? Petani? Peternak? Siapa coba?
Menjadi PNS pada hakikatnya
adalah benar-benar mengabdi pada negara. Kecurangan-kecurangan baik kecil
maupun yang besar harus dipertanggungjawabkan pada negara dan rakyat Indonesia.
Gak main-main loh ini. Mengabdi pada negara dan menjadi pelayan masyarakat itu
kece banget loh. Sangat terpuji dan mulia. Jadi sebaiknya sih, memang benar2
diniatkan untuk mengabdi dan menyumbangkan sumbangsihnya bagi kemajuan dan
perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Bukan hanya menuntut hak tetapi
melalaikan kewajiban. Aku sangat berharap, buat teman-teman yang kelak diterima
sebagai ‘pelayan’ negara ini segera memperbaiki citra PNS yang selama ini
selalu dicap negatif dengan beragam kasus-kasus yang sering didapati di
lapangan maupun yang ditayangkan di televisi.
Menurutku, memang sebaiknya ada
perampingan jumlah PNS di Indonesia. Ada beberapa hal yang sering aku temui
kalo lagi pas main ke kantor dinas ya. Misalnya jumlah tenaga profesional masih
kurang. Dari 10 pegawai di sebuah bagian, yang bisa diandalkan hanya 2 orang. Sisanya
karena memiliki pendidikan yang kurang akhirnya hanya sebagai benalu. Pekerjaan
terbeban pada sedikit orang, akhirnya tidak maksimal. Hal ini seharusnya mulai
disadari oleh banyak pihak. Di era yang serba digital dan canggih, terutama
nanti 2015 yang katanya Indonesia akan “membuka pintu” persaingan profesional
dengan negara-negara asia lainnya, kemampuan komputer serta bahasa Inggris mau
tidak mau harus dikuasai. saat ini sih, sudah banyak juga PNS PNS muda yang sudah memiliki kompetensi lebih baik. Tapi jumlahnya masih kalah banyak dari yg senior.
Buat teman-teman yang tidak mau
jadi PNS, aku sangat salut dengan keyakinan kalian untuk bisa bertahan hidup
dan berkontribusi di jalan yang lain, dan tentu saja keberanian kalian buat ga
terdampar di ‘zona nyaman’. Banyak loh sekarang anak-anak muda yang produktif. Jadi
wirausahawan, entepreneur gitu. Terus jadi founder, blogger, writer, designer,
programmer, musisi apa deh banyak banget sekarang industri kreatif dan
pekerjaan yang butuh kreatifitas tinggi mulai bermunculan. Hal ini tentu saja
membanggakan. Sebagai anak muda nih, ada ketertarikan buat bisa mencoba seperti
itu. Yes I did. Beberapa senior di kampus kadang suka bilang ‘kmau tuh masih muda,
ngapain langsung ngelamar jadi PNS yg kerja di kantoran mulu. Masih muda
mendingan cari petualangan baru di luar sebelum akhirnya memutuskan buat settle
di suatu tempat.” Ya ya ya. Masuk akal juga, idealisme masa muda memang
terkadang lebih indah dan menggiurkan.
Akhirnya semua ini kembali pada
pribadi masing-masing. Tergantung niat dan tujuan masing-masing. Semoga Indonesia
bisa segera berubah menjadi lebih baik oleh generasi kami ini. Jadi apapun kita
nanti, kita tetap bisa mengabdi pada nusa dan bangsa, tanah air Indonesia J
I guess, you will choose the second opinion. May be stay abroad and go back for your nation. Or you still have alternative that you you make something new or lecturing :) Again, for your nation. Success to you!
ReplyDelete