September 18, 2013

Fenomena PNS




Bulan september ini adalah bulan yang bagi sebagian teman-temanku terutama yang sudah wisuda untuk segera melangkah ke jenjang selanjutnya yaitu melamar pekerjaan terutama sebgaai PNS. Tahun ini beberapa instansi daerah maupun pusat tengah membuka lowongan bagi putra putri terbaik bangsa untuk mengabdi kepada bangsanya melalui jalur PNS. 

Banyak banget teman-teman yang pengen kerja jadi PNS, beragam alasan yang mereka sebutkan kenapa mereka memilih menjadi PNS. Ada yang karena kerjanya selow, jam kerjanya jelas, kerjanya gampang, naik pangkat, ga mungkin diPHK,  ada tunjangan, dan yang pasti masa tua terjamin karena dapat pensiunan. Belum aku temui temen yang njawabnya sok pancasilais, kaya gini nih ‘Aku ingin mengabdi bagi nusa dan bangsa sebagai pelayan masyarakat, karena aku sekolah dibiayai masyarakat, aku sekolah di kampus kerakyatan. Inilah saatnya aku membalas budi baik rakyat Indonesia.’ Said no one ever. 

Tidak ada yang salah buat alasan-alasan teman-temanku di atas. Setiap orang memiliki preferensi tersendiri dalam menentukan masa depan mereka. Menjadi PNS, merupakan salah satu pilihan untuk bekerja.
Meskipun demikian, masih bisa aku jumpai pula teman-teman yang tidak ingin memilih bekerja sebagai PNS. Beragam pula alasan mereka kenapa tidak memilih menjadi PNS. “Kalau jadi PNS tuh jadi ga kreatif, kerjanya Cuma nurut sama atasan, kaya nya lama, kalo mau kaya cepet ya korupsi. Udah gitu ga bisa dandan kece, pasti pake seragam. Ga bisa menikmati hidup lah.” Ada lagi yang bilang kalo “Ngapain jadi PNS, Cuma nambahin beban negara. Sekarang coba 60%APBN buat apa coba kalo bukan buat gaji PNS? Sedangkan kenyataannya di lapangan kita sering liat tuh, bapak-bapak ibu-ibu yang kerja di kantor pagi2 baca koran, main fesbuk, kalo ditanya data ini punya enggak, pasti jawabnya ga punya mbak, gak tau lah. “ selain itu ada yang menambahkan bahwa kalo kerja jadi PNS biasanya tidak ditempatkan di bagian yang sesuai dnegan keahlian. Misal sarjana teknik harus masuk bagain pembukuan. Sarjana ekonomi harus masuk bagian teknis. Kebalik. 

Hmmm. Dilematis memang. Apalagi beberapa waktu lalu aku menemani temanku yang kebetulan mendaftar PNS daerah. Deretan freshgraduate sih bisa aku bilang, antri panjang tak kalah dengan antri BLSM di beberapa loket. Temanku bilang biasanya kalo yang antri nya panjang-panjang itu tenaga pendidikan atau kesehatan. Kebetulan temanku mendaftar sebagai tenaga teknis di suatu dinas provinsi. 

Emang sih ya, jadi PNS itu enak. Dari segi jam kerja, teratur dan terjadwal. Setiap weekend bisa bersantai dengan keluarga. Dari segi pendapatan, bisa dikatakan layak dan cukup. Apalagi kalo ada gaji ke-13. Meskipun besarannya tidak sebesar pegawai swasta, setidaknya menjadi PNS memiliki jaminan kalo misalnya mau mengajukan pinjaman di bank. Sementara di hari tua, meskipun sudah tidak bekerja masih dapet gajian. Menggiurkan.

Tetapi apa sih makna di balik menjadi PNS tersebut? Dengar-dengar nih, di luar negeri PNS bukan menjadi salah satu jenis pekerjaan yg jadi incaran loh. Mereka menganggap bahwa kerja seperti itu sama saja kerja sosial. Secara material memang tidak ada yang bisa diharapkan. No offense loh ini. Di Indonesia, dari jaman kakek-nenek kita, sangat berharap sekali anak-anaknya kelak bisa menjadi PNS. Karena PNS merupakan golongan priyayi. Masih di beberapa daerah di Indonesia, menjadi PNS adalah pekerjaan yang dihormati dan disegani di wilayahnya. Padahal jd PNS kan banyak jenisnya. Makanya, banyak orang tua yang ingin mencari mantu PNS, dengan dalih supaya kelak hidup anaknya terjamin dan tidak kekurangan. Sekarang ini semua-semua ingin jadi PNS, lalu siapa yang jadi pembuat pakaian? pembuat makanan? Pemilik salon? Petani? Peternak? Siapa coba?

Menjadi PNS pada hakikatnya adalah benar-benar mengabdi pada negara. Kecurangan-kecurangan baik kecil maupun yang besar harus dipertanggungjawabkan pada negara dan rakyat Indonesia. Gak main-main loh ini. Mengabdi pada negara dan menjadi pelayan masyarakat itu kece banget loh. Sangat terpuji dan mulia. Jadi sebaiknya sih, memang benar2 diniatkan untuk mengabdi dan menyumbangkan sumbangsihnya bagi kemajuan dan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Bukan hanya menuntut hak tetapi melalaikan kewajiban. Aku sangat berharap, buat teman-teman yang kelak diterima sebagai ‘pelayan’ negara ini segera memperbaiki citra PNS yang selama ini selalu dicap negatif dengan beragam kasus-kasus yang sering didapati di lapangan maupun yang ditayangkan di televisi. 

Menurutku, memang sebaiknya ada perampingan jumlah PNS di Indonesia. Ada beberapa hal yang sering aku temui kalo lagi pas main ke kantor dinas ya. Misalnya jumlah tenaga profesional masih kurang. Dari 10 pegawai di sebuah bagian, yang bisa diandalkan hanya 2 orang. Sisanya karena memiliki pendidikan yang kurang akhirnya hanya sebagai benalu. Pekerjaan terbeban pada sedikit orang, akhirnya tidak maksimal. Hal ini seharusnya mulai disadari oleh banyak pihak. Di era yang serba digital dan canggih, terutama nanti 2015 yang katanya Indonesia akan “membuka pintu” persaingan profesional dengan negara-negara asia lainnya, kemampuan komputer serta bahasa Inggris mau tidak mau harus dikuasai. saat ini sih, sudah banyak juga PNS PNS muda yang sudah memiliki kompetensi lebih baik. Tapi jumlahnya masih kalah banyak dari yg senior.

Buat teman-teman yang tidak mau jadi PNS, aku sangat salut dengan keyakinan kalian untuk bisa bertahan hidup dan berkontribusi di jalan yang lain, dan tentu saja keberanian kalian buat ga terdampar di ‘zona nyaman’. Banyak loh sekarang anak-anak muda yang produktif. Jadi wirausahawan, entepreneur gitu. Terus jadi founder, blogger, writer, designer, programmer, musisi apa deh banyak banget sekarang industri kreatif dan pekerjaan yang butuh kreatifitas tinggi mulai bermunculan. Hal ini tentu saja membanggakan. Sebagai anak muda nih, ada ketertarikan buat bisa mencoba seperti itu. Yes I did. Beberapa senior di kampus kadang suka bilang ‘kmau tuh masih muda, ngapain langsung ngelamar jadi PNS yg kerja di kantoran mulu. Masih muda mendingan cari petualangan baru di luar sebelum akhirnya memutuskan buat settle di suatu tempat.” Ya ya ya. Masuk akal juga, idealisme masa muda memang terkadang lebih indah dan menggiurkan. 

Akhirnya semua ini kembali pada pribadi masing-masing. Tergantung niat dan tujuan masing-masing. Semoga Indonesia bisa segera berubah menjadi lebih baik oleh generasi kami ini. Jadi apapun kita nanti, kita tetap bisa mengabdi pada nusa dan bangsa, tanah air Indonesia J

1 comment:

  1. I guess, you will choose the second opinion. May be stay abroad and go back for your nation. Or you still have alternative that you you make something new or lecturing :) Again, for your nation. Success to you!

    ReplyDelete

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...