Hmm...nganu ga gini juga sihhh..kurang desperate ini gambare
It's been almost 3 weeks for me being a wife in our lil home and almost a month for us being spouse.
And almost 4 months for me being unemployeed.
Here I am, a desperate housewife *dikeplak suami karena pake desperate2an*
Emang kenapa si, sok-sok an banget desperate2an gtu?
Sebagai wanita yang ga terbiasa terlalu lama di rumah dan engga melakukan pekerjaan di luar rumah, dalam postingan ini aku mau mematahkan anggapan orang-orang yang bilang kalo jadi ibu rumah tangga itu ga berguna.
Dulu, aku agak meremehkan peran ibu rumah tangga yang hanya di rumah aja, melakukan pekerjaan domestik. Bahkan hal ini aku bawa-2 dalam skripsi S1 ku yang lalu, bahwa sebagai ibu rumah tangga itu no power dan menjadi kaum lemah.
Berangsur-angsur anggapan tentang ibu rumah tangga dipatahkan lebih dulu oleh banyak blogger-blogger pendahuluku. Aku kala itu hanya membaca, ber "oh ya masa gitu, oh ya masa gini", dan engga mau jadi ibu rumah tangga.
Sekarang, mungkin lagi dikasih tau sama Alloh tentang Bagaimana rasanya jadi ibu rumah tangga.
Let's talk about my life lately ya.
Pagi, bangun jam 5an mandi, solat, nyiapin sarapan buat suami dan aku, lalu masak buat bekal suami kerja.
Saat suami udah berangkat, tinggal nyuci-2 alat masak dan piring bekas makan.
Kemudian beresin tempat tidur, lalu nyapu, ngepel, kadang hbs itu ntn tivi sambil sarapan.
Habis itu nyuci baju, njemur, Kadang selo-2 bentar, nunggu jemuran jering. Kalo udah kering trus ngangkatin dan nglipetin atau kalo lagi rajin sekalian nyetrika.
Habis itu udah sore aja, nyiapin makan malam, harus tampil cantik saat suami pulang, beresin hbs makan, ntn tivi bareng suami, tidur, bangun lagi gtu aja terus....
Ya itu versi suami kerja pagi, kalo lagi masuk sore atau malem beda lagiii
dan itu versi minggu pertama aku drumah. Minggu-minggu selanjutnya bisa dikondisikan. Hehehehe
Aku mau kasih tau, jadi ibu rumah tangga ga pernah ada habisnya. Ada aja yang harus dilakuin seharian itu di rumah. Entah sebenernya harus hari itu atau bisa besok.
Buat aku, ini kaya postpower bgt. Selalu bayangin kehidupan jika aku bekerja diluar. Ga bakal sebegininya.
Aku bilang jadi ibu rumah tangga adalah cobaan. Seberapa kuat aku bisa tahan sama kegiatan-kegiatan domestik. Tetapi engga menurut Mbak Eka, tetangga belakang rumah. Menjadi ibu rumah tangga menjadi pilihan yang buat dia harus pilih karena menjadi ibu rumah tangga adalah kemewahan dimana dia bisa bermain bersama anak-anaknya.
Mbak Eka bercerita bahwa sebelumnya dia bekerja di sebuah hotel di kawasan jakarta pusat. Anaknya yang masih balita dititipkan pada pengasuh yang tinggal di rumah orang tuanya. Then, her kid didnt recognize her as her mother. Buat seorang ibu, itu adalah hal yang menyakitkan. Bagaimana tidak mneyakitkan, ketikan seorang anak yang dikandung 9 bulan 10 hari dan dilahirkan dengan perasaan sakit sesakit 20 tulang diremukkan bersama tidak mengenalinya sebagai ibunya?
Finally, Mbak Eka memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Dia resign dan melanjutkan hidupnya di rumah tanpa IRT dan membangun bonding yang sempat putus dengan anaknya supaya bs mengamati tumbuh kembang anak-anaknya.
"Jadi ibu rumah tangga itu capek. Kerjanya ga selesai-selesai sampe malem. Beda kalo kerja kantoran, jam 4 sore kerjaan kelar dan bisa pulang"
Yang penting sekarang, berusaha jadi yang terbaik aja hehehe
Hal tersebut ternyata berlaku dengan beberapa ibu-ibu di sekitar rumahku saat ini. Mereka banyak memutuskan untuk engga kerja lagi atau bekerja di rumah supaya bisa mengawasi anak-anak mereka.
Aku, ibarat galau dan masih bersikukuh untuk mencari pekerjaan saat ini juga untuk menunjang perekonomian keluarga sebelum punya anak.
Menjadi ibu, bukan peran tanpa power. Tanpa power, rumah bukanlah istana yang dirindukan setiap anggota keluarganya.
Menjadi iibu rumah tangga, benar-benar anugerah dan ladang menggali pahala untuk perempuan-perempuan, karena jasa-jasanya lah sebuah rumah tangga berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
Salam,
Resti -i wanna be a career woman and a housewife-
No comments:
Post a Comment