February 6, 2015

Review Buku - Sabtu Bersama Bapak

Pada kesempatan kali ini, aku mau review salah satu buku dari sekian buku yang aku hedon di awal bulan ini sebagai penghalau kesepian atas dibengkelkannya hape ku yang aku sayangi dan banggakan. 

Well, kali ini aku mau review buku pertama yang udah selesai aku baca. Judulnya adalah Sabtu Bersama Bapak yang ditulis oleh Adhitya Mulya.
Beliau adalah salah satu penulis buku favoritku sejak pertama aku baca buku Jomblo dan Gege Mengejar Cinta saat SMA dulu. 
Istri dari Adhitya Mulya ini juga penulis, namanya Ninit Yunita. Tulisan Teh Ninit ini juga keren. I love their taste of writing pokonya. 

Aku gatau pasti buku Sabtu Bersama Bapak (SBB) ini buku keberapa Adhitya Mulya. Yang jelas buku ini rentangnya jauh bgt dari buku terakhir yang beliau tulis. 

SBB diterbitkan Gagas Media, penerbit yang sama *kalo ga salah* dengan buku2 yang terdahulu. Buku ini punya halaman sekitar 270an lebih lah. Packaging buku ini bagus dan menarik menurut aku sih. 

Buku ini mengisahkan tentang beberapa orang...tentang seorang ayah yang ingin membesarkan anaknya tetapi terhambat penyakit yang diderita sehingga harus meninggalkan keluarga kecilnya, seorang istri yang berjuang membesarkan kedua anak laki-lakinya, Cakra dan Satya dan mandiri tanpa menyusahkan anak-anaknya, serta cerita tentang pencarian pasangan hidup dan tentang berusaha menjadi ayah yang baik. 

Complicated ya aku jelasinnya. Im sorry, i am not a good writer by the way

 Cover Buku Sabtu Bersama Bapak, eye catching kan?
sumber: http://suamigila.com/wp/wp-content/uploads/2014/06/sabtu-bersama-bapak_revisi-cover.jpg

Ceritanya dimulai ketika Pak Gunawan, laki-laki berkeluarga dengan seorang istri bernama Ibu Itje dan kedua anak laki-laki yang masih kecil yaitu Satya Garnida dan Cakra Garnida. Pak Gunawan menderita kanker, diproyeksikan usianya tidak akan lama lagi. Padahal kala itu anak-anaknya masih kecil, Pak Gunawan ingin sekali bisa menemani tumbuh kembang anak-anaknya supaya mereka tidak kehilangan sosok ayah terlalu cepat. Begitu pula kepada istrinya, Pak Gunawan tidak ingin setelah beliau meninggal, istrinya harus kepayahan membiayai anak-anaknya sekolah dan untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, Pak Gunawan merencanakaan banyak sekali hal supaya orang-orang terkasihnya tetap bahagia dan bisa mandiri. 

Pak Gunawan kemudian membuat beberapa video yang setelah beliau meninggal, istrinya akan memutar video tersebut setiap sabtu untuk anak-anaknya. Video tersebut berisi pesan-pesan Pak Gunawan untuk anak-anaknya. Video tersebut direkam sendiri sebelum Pak Gunawan mninggal dibantu oleh istrinya. 

Time flies, Satya dan Cakra tumbuh dewasa. Satya bahkan sudah menikah dan memiliki 3 orang anak laki-laki. Dia tinggal di Denmark karena dia bekerja di oil and gas company yang harus sering kembali ke tengah laut. Sementara Cakra, dengan usia yang cukup dan kemapanan yang dimiliki sebagai deputi sebuah bank luar negeri masih setia dengan kesendiriannya. 
Sementara Bu Itje sibuk dan sukses dengan bisnis 8 tempat makan yang dirintisnya perlahan, sehingga beliau menua dan tidak merepotkan anak-anaknya secara finansial. 

Problem muncul ketika Satya menjadi ayah yang ditakuti anak-anak dan istrinya serta Cakra yang tidak bisa mengutarakan perasaan pada gadis pujaan dan udah ga ada harapan lagi kemudian menyetujui usul ibunya untuk dikenalkan pada anak temannya. 

Ceritanya simpel, tetapi dalam.  Bagaimana Satya dan Cakra melaksanakan  pesan-pesan almarhum ayahnya yang hanya lewat video, bagaimana komunikasi adalah sebuah hal yang paling pokok ketika kita menjalin sebuah hubungan dengan orang lain, serta bagaimana menyayangi orang tua kita. 

Buku ini disarankan sekali buat teman-teman yang ingin membacanya. Buku ini penuh dengan pesan-pesan dasar yang orang tua kita juga pasti pesankan pada kita, menyemangati hati-hati yang layu setelah patah hati, merubah pola pikir dan tentu saja berubah menjadi lebih baik bagi orang yang kita sayang. 


In the end of the book, the teardrop from my eyes almost fall down. Full of surprises. Gaya bahasa yang mudah dimengerti, setting latar cerita dan waktu yang tidak amburadul, serta diksi yang digunakan, yummy sekali.

Finally, cukup sekian review buku dari aku. Hmmm masih ada sekitar 4 an buku baru yang sedang minta dijamah. Pengangguran? iya saya. Untuk tetap menghidupkan otak dan perasaan ini aku selalu mencoba untuk membaca dan kemudian menulis. Semoga dengan usaha kecil dan doa-doa ku, keajaiban segera datang. Supaya aku ga useless lg. Yah, curhat kan. 

Salam, 

Resti, a book worm amateur writer and still waiting for the best miracle.
  

PS: i downloaded the cover of the book from adhitya mulya's blog. 
http://suamigila.com/wp/wp-content/uploads/2014/06/sabtu-bersama-bapak_revisi-cover.jpg

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...