July 9, 2018

Berkeluh Kesah (Komuter Tangsel-Jakarta)

Mulai awal tahun ini, aku resmi kembali menjadi penduduk siang jakarta. Penduduk siang jakarta adalah sebutan bagi para komuter dari pinggiran sekitaran Jakarta yang memasuki Jakarta di pagi hari dengan brutalnya terutama dengan KRL dan kembali ke habitatnya sore hari. That is why, Jakarta rame banget kan kalo siang hari?

memangnya siapa sih penghuni puluhan gedung bertingkat di Jakarta ini kalo bukan rombongan komuter dari pinggiran?


Setiap memasuki Jakarta,aku masih selalu merasa amazed.Ini Jakarta ibukota Indonesia, yang sering diberitakan di tivi. Dan aku sekarang menjadi bagian darinya, padahal aku cuma anak desa yang seringkali gumunan. 

Akhirnya, setiap pagi aku harus berjibaku dengan ratusan orang dalam KRL yang jadwalnya tak menentu. Terlihat muka-muka lelah padahal baru mau berangkat kerja.
Terlihat muka-muka angkuh tak mau tau, tak mau berbagi kursi karena perjalanan dia jauh.
Terlihat muka-muka pasrah kaya aku yang penting bisa selamat sampe tujuan.

Keluar tanah abang disambut tawaran ojek-ojek pangkalan yang sudah mulai terdesak ojek online jadi mereka menguasai halaman stasiun dengan maksud mendapatkan penumpang lebih mudah. Belum lagi harus berdesakan berbagi jalan dengan PKL yang memakai jalan buat jualan. Penjual masker penutup mulut, air mineral, sarapan, kaos kaki, sandal jepit....apapun yang kau mungkin butuhkan, mungkin mereka menyediakan.

Dari stasiun tanah abang, aku harus melanjutkan perjalanan ke kantor dengan disambung angkot 08 yang berbaris dan selalu penuh penumpang untuk diantarkan ke arah kota.

Menuju pemberhentian angkot, suara klakson dimana-mana memekakkan telinga. Kadang ditambah suara orang memaki-maki karena berebut jalan. Ada juga bapak-bapak yang selalu meminta 'receh' pada supir angkot karena sudah membantu menjadi kernet.

Angkot kemudian melaju ke arah kota. Dengan mulus? Tidak. Ruas Jalan yang setiap pagi aku lalui itu ruas yang padat sekali. mobil dan motor pribadi, ojek konvensional, ijek online, taksi, bajaj, bus kota,angkot...semua jenis kendaraan bisa dilihat disini.

Hampir di beberapa pemberhentian yang disebutkan supir angkot karena merangkap menjadi kenek, ada saja yang turun. Tibalah aku turun di depan kantor, persis banget. Dari situ pun harus berjuang menyeberang jalan. Pernah sekali keserempet mobil, ga sampe luka. Cuma ingin banget marah-marah. Ga liat kali ya ibu-ibu buntal ini lagi mnecoba nyeberang jalan.

Begitu perjuangannya untuk sampe di kantor. Belum saat pulang. Setiap hari ada saja ceritanya. Yang merasakan seperti ini bukan cuma aku, tapi jutaan orang lain dari jutaan titik awal mereka berasal di pinggiran jakarta.

Rasanya tidak mungkin jika Jakarta sepi, kecuali hanya lebaran. Rasa benci, rasa kesal, rasa marah berada di jalanan Jakarta baik di angkot maupun di KRL, juga perasaan yang dirasa setiap orang. Tapi, dari dulu benar-2 tidak ada perubahan. Tidak berkurang jumlah manusia yang ke Jakarta. Tidak semakin baik fasilitas umum yaitu transportasi umum dari pinggiran ke Jakarta.

Mau sampe kapan?



2 comments:

  1. Hi mbak, salam kenal.
    AKu juga pernah kerja di Jakarta dan PP naik kereta. Saya turun di Sudirman dan itu parah banget apalagi kalau keretanya telat, manusia-manusia udah serem-serem semua hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kunjungi blog ku ya mbak, https://rahayuelinda.wordpress.com/

      Delete

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...