October 27, 2013

Dia perempuan, Dia bekerja keras.

Hari ini, aku, nuki, dan mbopi pergi makan siang bareng sebelum kami gagal mewacanakan sarapan bersama. Kami makan siang di sebuah warung lotek  di jalan Pandega Marta. Bukan masalah loteknya yang akan aku review sih, tapi soal apa yang nuki bawa saat kamu makan siang. Galon akua.
Sudah hampir 2 minggu mungkin galon aku kami bertiga habis, teman kos lain juga habis. Pogung krisis galon akua. Warung Klaten yang biasanya menyediakan galon akua dalam jumlah banyak di depan tokonya kini hanya menerima isi ulang air yang kata teman2 isi ulang murah tersebut ga enak airnya, bikin sakit tenggorokan dan sebagainya. Aku memang belum pernah mencobanya dan engga mau main-main kalo hubungannya sama tenggorokan, karena tenggorokanku tipe sensitif.

Walopun sebenernya tenggorokan itu saluran lewatnya udara bukan air ataupun makanan. hehehe.


Selesai melahap lotek dengan porsi yang cukup merapel sarapan dan makan siang tersebut, kami mulai berkendara menyusuri jalan pandega hingga persimpangan dnegan Jalan Monjali. Tidak ada yang jualan akua. Mbopi memutar haluan ke kanan, ke arah indo grosir. Plis, cuma demi segalon akua, tapi itulah si perjuangan. Kami berjalan menyusuri selokan mataram. Dan, Nuki mengarahkan pandangan ke sebelah kiri dimana ada mas-mas ngangkutin galon akua. Mbopi spontan berhenti, aku juga. Kami balik arah menuju toko (lebih mirip rumah sih) yang jualan akua tersebut.

Kami akhirnya memesan akua 3 galon, 2 galon lagi punyaku dan mbopi yang ga kami bawa galon kosongnya. Mbak yang punya bilang, sebenernya dia ga bisa nganter kalo hari minggu, ini cuma pengecualian aja. Iya si, keliatan juga kalo mbaknya ga punya pegawai yang nganter2 akua. Dia menjaga tokonya itu sambil mengasuh anaknya yang masih balita.

Selesai menitipkan anaknya kedalam, mbaknya cuci kaki dna tangan langsung mengangkat 3 galon (1 galon diangkat nuki) ke atas motor astrea grand yang di bagian belakangnya sudah tersedia keranjang dengan 5 bagian sebesar ukuran galon akua. Mbaknya lalu mengangkut galon-galon tersebut dnegan mudahnya ke dalam keranjang tersebut. Kemudian dia mengendarai motornya di belakang motor mbopi dan nuki yang boncengan. Sedangkan aku memilih di belakang mengawal mbaknya. Di belakang mbaknya, sepanjang jalan aku mikir, pekerjaan nganter galon biasanya dilakukan oleh mas-mas atau bapak-bapak (langganan kami begitu), bukan ibu-ibu kayak mbaknya tadi siang. Mbaknya dnegan biasa mengendarai sepeda motor dengan membawa beban 3 buah galon akua. Tidak memakai helm, jaket atau alat perlindungan diri lainnya. Mbaknya masih muda, dia memakai daster batik selutut, membawa tas selempang berisi uang, handphone dan tisu akua.

Kami berjalan melewati jembatan baru, bukan hal susah kalo lewat jalan selebar itu. Masuk wilayah pogung, jalan yang rusak, sempit, padat kendaraan, aku mengkhawatirkan mbaknya nyenggol deretan parkiran on street beberapa rumah makan dan fotokopian di pinggiran selokan mataram. Atau lebih parahnya mbaknya kesenggol kendaraan lain seperti motor atau mobil karena keranjang akuanya. Kekhawatiran saya tidak terbukti gais.
Mbaknya dnegan lihainya bisa memahami beban apa yang dia bawa dan mengendarai sepeda motornya dnegan baik.

Yep, akua-akua kami sampai di kosan. Kami engga minta mbaknya naikin akua kami ke lantai kamar kami. Kasian ya. Mbaknya udah angkut2 akua sekarang masa disuruh ngangkutin. Akirnya kami angkutin galon kami maisng2 ke kamar.

Dari kejadian tadi siang, betapa seorang perempuan juga bisa setangguh laki-laki. Mengerjakan pekerjaan berat (menurut aku loh ya) setiap hari. Perempuan bukan makhluk sepele dan lemah. Perempuan bisa kok hidup keras seperti laki-laki. Perempuan bisa membantu menyangga perekonomian keluarga dnegan berbagai cara. Secara lazim mungkin kita akan berpikir, perempuan yang tinggal di rumah bisa buka warung atau bikin katering untu membantu keluarga, tapi mbak tadi melakukan jasa antar akua. Proteksi terhadap perempuan terutama di bidang kesehatan serta asuransi kecelakaan perlu dan penting banget. Mislanya, mbak tadi kena penyakit paru2 karena kalo nganter akua dia ga pake masker sehingga dia kena polusi udara dr bermacam kendaraan. Nasib keluarganya gimana?

Terkadang kalo aku ngomongin kaya gini terkesan lebay. Tapi, ini bukan sebuah kelebayan. Ini sama pentingnya ketika kita menyuarakan 'hari anti kanker payudara dan kanker rahim'. Masalah yang dihadapi perempuan bukan masalah yang dianggap sebelah mata saja. Ini masalah bersama. Kamu tau, rusaknya sebuah negara dikarenakan rusaknya perempuan di dalamnya?

Perhatian-2 kecil bisa berdampak besar di kemudian hari. Aku sebagai perempuan merasa begitu berat menjalani peran sebagai perempuan di lingkungan yang sudah terbentuk secara patriarki ini. Sebuah prioritas terkadang hanya terlihat sebatas rupiah.

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...