December 9, 2012

anak vs fastfood

Kemarin saat makan siang bareng teman-teman di sebuah rumah makancepat saji di daerah Monjali (iya milih yang cepet soalnya mau ngerjain tugas) aku melihat di sekitar tempat dudukku adalah ibu bersama anak atau anak-anaknya. Terlihat sang ibu membiarkan sang anak memakan bongkahan daging ayam dan ibunya juga memesan menu yang sama. Aku lalu teringat saat aku masih kecil dulu. Untuk minta makan mi instan saja susahnya, aku harus berdiplomasi dulu dengan ibuku. Ini malah sang ibu ngajakin anaknya makan di restoran fast food. Tak jarang anak sekarang tumbuh dengan tubuh yang obesitas efek dari makanan cepat saji yang dikonsumsi setiap hari.

Terlihat ibu anak tersebut adalah ibu rumah tangga biasa. Tau lah bedanya ibu wanita karir dan rumah tangga. Tak sempatnya sang ibu memasak untuk anaknya atau malah masak tapi si anak yang tidak pernah suka sama menu masakan yang ibunya buat. Lalu fastfood menjadi pilihan yang dramatis untuk sebuah asupan gizi anak-anak yang sedang dalam proses pertumbuhan.

Dibandingkan dengan aku jaman kecil dulu, yang untuk makan mi instan saja susahnya setengah mati. Aku rasa anak-anak jaman sekarang terlalu dimanjakan dnegan kemudahan akses makanan cepat saji yang sekarang hamper tersebar dimana-mana bahkan di desa sekalipun. Dilihat dari nilai gizinya, apa sih gizi dari satu paket menu ayam goreng tepung? Hanya karbohidrat, protein serta lemak saja. Tidak ada asupan vitamin, kalsium serta mineral.  Belum lagi kita tak pernah tahu bagaimana pengolahan ayam tersebut. Halalkah? Mungkin perkara halal di Indonesia untuk produk sekelas ini ya bisa dijamin lah. Lalu untuk bumbu? Berapa bungkus penyedap makanan buatan yang dicampurkan? Apa efeknya jangka panjang bagi kesehatan dan kecerdasan anak?

Sekarang dimana akar dari permasalahan ini? Di pendistribusian franchise? Nafsu makan anak? Atau keengganan ibu untuk tidak mau peduli dnegan gizi anaknya?
Okelah, untuk masalah franchise kita tidak bisa menyalahkan arus globalisasi. Tapi sebenarnya pemerintah daerah setempat seharusnya bisa meredam tumbuhnya tempat makan cepat saji di wilayahnya. Boleh, tapi tidak perlu banyak-banyak, bahkan berjejer berdampingan.
Next, masalah nafsu makan anak…siapapun tahu, di masa pertumbuhan, anak-anak sudah bisa memilih makanannya sendiri dan memang tidak menyukai beragam jenis sayuran. Mereka lebih suka sesuatu yang gurih dan kering. Maka pilihan mereka adalah makanan cepat saji macam nugget, ayam tepung, mi instan, segala hal yang digoreng dan rasanya gurih. Aku bisa bicara seperti ini karena aku mengalaminya. Aku tak pernah suka makan sayur. Satu-satunya sayur yang aku suka hanya kangkung. Padahal tidak setiap hari ibuku masak kangkung. Jadi, jika aku tidak boleh makan mi instan aku memilih tidak makan. Ibuku pasti selalu ngomel kalo aku tidak makan. Setiap pulang bekerja ibuku mengecek tempat nasi. Jika nasinya masih banyak artinya aku tidak makan. Oleh sebab itu aku terkena maag. Sering sekali kumat. Aku tumbuh menjadi anak yang tidak bergairah secara fisik. Sangat kurus. Meskipun berat badanku termasuk normal, tapi normal batas bawah. Tapi dengan berbagai cara, ibuku melakukan apapun agar aku makan sayur. Mulai dengan melakukan variasi masakan. Karena bekerja ibuku hanya bisa melakukan variasi makanan di hari minggu saja atau hari libur nasional lain. Aku suka pecel buatan ibu. Iya, karena itu aku mau makan sayur. Lalu aku diberi multivitamin apa lah itu namanya untuk merangsang nafsu makan. Kalo sekarang ga perlu dirangsang, kasih duit aja lalu taruh aku di warung makan, semua lauk bisa masuk piring, hehehehe. Jika terpaksanya ibuku sudah ga ada cara lain, atau saking bengalnya aku, maka ibuku akan turun tangan menyuapi aku. Itu yang paling ampuh. Sangat ampuh. Aku makan sepiring bisa habis dengan sayur. Selain sayur, ibuku juga suka mencekoki anaknya dengan buah. Ibuku memotongnya kecil-kecil, lalu ditaruh di pisin diberi garpu. Masa kecilku bahagia. 

Nah anak sekarang???? Ibunya aja malah ngajak ke fast food. Aku belum pernah tau kehidupan wanita setelah menikah, berumah tangga,menjadi ibu dan mengasuh anak. Mungkin sangat berat ya? Sampai-sampai anak kadang jadi korban. Ya, suatu saat kalo aku jadi ibu, aku gamau seperti itu. Aku akan berusaha bagaimana anakku kelak bisa tumbuh dengan gizi yang cukup. 

No comments:

Post a Comment

Masuk Sekolah

  Assalamualaykum teman-teman blog! Sudah lama sekali ga menyapa lewat blog, alasan klasik tolong diterima ya.                          ...