Kemarin saat makan siang bareng teman-teman di sebuah rumah
makancepat saji di daerah Monjali (iya milih yang cepet soalnya mau ngerjain
tugas) aku melihat di sekitar tempat dudukku adalah ibu bersama anak atau
anak-anaknya. Terlihat sang ibu membiarkan sang anak memakan bongkahan daging
ayam dan ibunya juga memesan menu yang sama. Aku lalu teringat saat aku masih
kecil dulu. Untuk minta makan mi instan saja susahnya, aku harus berdiplomasi
dulu dengan ibuku. Ini malah sang ibu ngajakin anaknya makan di restoran fast
food. Tak jarang anak sekarang tumbuh dengan tubuh yang obesitas efek dari
makanan cepat saji yang dikonsumsi setiap hari.
Terlihat ibu anak tersebut adalah ibu rumah tangga biasa.
Tau lah bedanya ibu wanita karir dan rumah tangga. Tak sempatnya sang ibu
memasak untuk anaknya atau malah masak tapi si anak yang tidak pernah suka sama
menu masakan yang ibunya buat. Lalu fastfood menjadi pilihan yang dramatis
untuk sebuah asupan gizi anak-anak yang sedang dalam proses pertumbuhan.
Dibandingkan dengan aku jaman kecil dulu, yang untuk makan
mi instan saja susahnya setengah mati. Aku rasa anak-anak jaman sekarang
terlalu dimanjakan dnegan kemudahan akses makanan cepat saji yang sekarang
hamper tersebar dimana-mana bahkan di desa sekalipun. Dilihat dari nilai
gizinya, apa sih gizi dari satu paket menu ayam goreng tepung? Hanya
karbohidrat, protein serta lemak saja. Tidak ada asupan vitamin, kalsium serta
mineral. Belum lagi kita tak pernah tahu
bagaimana pengolahan ayam tersebut. Halalkah? Mungkin perkara halal di
Indonesia untuk produk sekelas ini ya bisa dijamin lah. Lalu untuk bumbu?
Berapa bungkus penyedap makanan buatan yang dicampurkan? Apa efeknya jangka
panjang bagi kesehatan dan kecerdasan anak?
Sekarang dimana akar dari permasalahan ini? Di pendistribusian
franchise? Nafsu makan anak? Atau keengganan ibu untuk tidak mau peduli dnegan
gizi anaknya?
Okelah, untuk masalah franchise kita tidak bisa menyalahkan
arus globalisasi. Tapi sebenarnya pemerintah daerah setempat seharusnya bisa
meredam tumbuhnya tempat makan cepat saji di wilayahnya. Boleh, tapi tidak
perlu banyak-banyak, bahkan berjejer berdampingan.
Next, masalah nafsu makan anak…siapapun tahu, di masa
pertumbuhan, anak-anak sudah bisa memilih makanannya sendiri dan memang tidak
menyukai beragam jenis sayuran. Mereka lebih suka sesuatu yang gurih dan kering.
Maka pilihan mereka adalah makanan cepat saji macam nugget, ayam tepung, mi
instan, segala hal yang digoreng dan rasanya gurih. Aku bisa bicara seperti ini
karena aku mengalaminya. Aku tak pernah suka makan sayur. Satu-satunya sayur
yang aku suka hanya kangkung. Padahal tidak setiap hari ibuku masak kangkung.
Jadi, jika aku tidak boleh makan mi instan aku memilih tidak makan. Ibuku pasti
selalu ngomel kalo aku tidak makan. Setiap pulang bekerja ibuku mengecek tempat
nasi. Jika nasinya masih banyak artinya aku tidak makan. Oleh sebab itu aku
terkena maag. Sering sekali kumat. Aku tumbuh menjadi anak yang tidak bergairah
secara fisik. Sangat kurus. Meskipun berat badanku termasuk normal, tapi normal
batas bawah. Tapi dengan berbagai cara, ibuku melakukan apapun agar aku makan
sayur. Mulai dengan melakukan variasi masakan. Karena bekerja ibuku hanya bisa
melakukan variasi makanan di hari minggu saja atau hari libur nasional lain.
Aku suka pecel buatan ibu. Iya, karena itu aku mau makan sayur. Lalu aku diberi
multivitamin apa lah itu namanya untuk merangsang nafsu makan. Kalo sekarang ga
perlu dirangsang, kasih duit aja lalu taruh aku di warung makan, semua lauk
bisa masuk piring, hehehehe. Jika terpaksanya ibuku sudah ga ada cara lain,
atau saking bengalnya aku, maka ibuku akan turun tangan menyuapi aku. Itu yang
paling ampuh. Sangat ampuh. Aku makan sepiring bisa habis dengan sayur. Selain
sayur, ibuku juga suka mencekoki anaknya dengan buah. Ibuku memotongnya
kecil-kecil, lalu ditaruh di pisin diberi garpu. Masa kecilku bahagia.
Nah anak sekarang???? Ibunya aja malah ngajak ke fast food.
Aku belum pernah tau kehidupan wanita setelah menikah, berumah tangga,menjadi
ibu dan mengasuh anak. Mungkin sangat berat ya? Sampai-sampai anak kadang jadi
korban. Ya, suatu saat kalo aku jadi ibu, aku gamau seperti itu. Aku akan
berusaha bagaimana anakku kelak bisa tumbuh dengan gizi yang cukup.
No comments:
Post a Comment